Tajukpolitik – Partai Golkar disarankan untuk bergabung dengan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) agar terbuka peluang menang dalam Pemilu 2024.
Hal tersebut diungkapkan oleh Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Dedi Kurnia Syah, Senin (27/3).
Ia mengatakan jika Partai Golkar ingin menang pemilu, maka partai beringin tersebut harus mau bergabung dengan koalisi yang bertentangan dengan partai banteng moncong putih atau PDIP.
Namun, ia menilai saat ini Golkar tengah mengalami dilema dengan posisinya di pemerintahan, yang disisi lain ingin menang pada pemilu mendatang.
“Golkar sebenarnya dalam situasi dilematis, sebagai pemenang kedua di Pemilu 2019, mereka selayaknya mengejar kemenangan atas PDIP di 2024. Dan situasi itu bisa saja tercapai kalau mereka berkoalisi melawan PDIP,” ujar Dedi, Senin (27/3).
Dedi menambahkan, untuk mengerek kemenangan pada 2024, Golkar seharusnya bergabung dengan KPP yang baru saja mendeklarasikan piagam deklarasi bersama dengan mengusung capres Anies Baswedan.
“Peluang perlawanan itu saat ini ada di kubu (Koalisi) Perubahan yang digawangi Nasdem, Demokrat, dan PKS,” katanya.
Namun demikian, proses itu tak akan mudah. Sebab, jika partai beringin berniat menjadi calon wakil presiden bagi Anies Baswedan, maka Airlangga akan kesulitan lantaran harus berhadapan dengan PKS dan Demokrat.
“Ia (Golkar) tetap sulit tawarkan Airlangga sebagai cawapres karena faktor elektabilitas yang rendah, juga persaingan dengan Demokrat yang sebenarnya dekat,” pungkas Dedi.
Untuk diketahui, saat ini Partai Golkar sedang berupaya untuk menjadikan Ketua Umum mereka, Airlangga Hartarto, maju sebagai capres pada Pilpres 2024 mendatang. Hanya saja, dengan modal elektabilitas yang rendah, tentu hal ini akan semakin sulit.
Tak hanya mencalonkan Airlangga sebagai capres, Golkar juga sebenarnya telah menggagas koalisi bersama PAN dan PPP yang dinamakan Koalisi Indonesia Baru (KIB)