TajukNasional Anies Baswedan menghadapi tantangan besar dalam upayanya untuk maju pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta 2024.
Direktur Eksekutif Sentral Politika, Subiran Paridamos, menilai bahwa tanpa deklarasi sebagai kader partai politik (parpol), peluang Anies untuk mendapatkan dukungan cukup sulit.
Subiran menjelaskan bahwa status Anies sebagai mantan gubernur Jakarta tidak cukup untuk menarik perhatian parpol.
“Jika Anies Baswedan ingin berkomitmen sebagai politisi, seharusnya dia bergabung dengan salah satu parpol agar warna politiknya jelas,” ungkap Subiran, Rabu (7/8).
Menurut Subiran, pengalaman Pilgub DKI Jakarta 2017 yang dimenangkan Anies menunjukkan betapa pentingnya dukungan parpol dalam kontestasi politik.
Dia mengingatkan bahwa kemenangan Anies di putaran kedua didorong oleh aliansi dengan Partai Demokrat yang sebelumnya mendukung Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)-Sylviana Murni.
“Faktor kemenangan Anies di 2017 sangat dipengaruhi oleh dukungan Demokrat yang berpindah ke Anies. Kini, situasinya berbeda karena dukungan dari Prabowo-Sandi dan Gerindra yang dulu signifikan, serta Demokrat, kemungkinan besar tidak akan lagi berpihak pada Anies,” jelasnya.
Subiran menambahkan bahwa banyak pendukung utama Anies di Pilgub 2017 kini beralih ke Koalisi Indonesia Maju (KIM), yang menjadi lawan utama dalam Pilkada Jakarta 2024.
Dengan pendaftaran calon kepala daerah yang akan berlangsung pada 27-29 Agustus 2024, Subiran menyarankan agar Anies mempertimbangkan bergabung dengan partai seperti Nasdem atau PDIP untuk meningkatkan peluangnya.
“Jika Anies bergabung dengan parpol, dia masih memiliki peluang untuk mendapatkan tiket maju di Pilgub Jakarta,” ujar Subiran.
Tanpa dukungan tersebut, Subiran menilai, jalan Anies menuju Pilgub Jakarta 2024 akan sangat terjal.