Para aktivis melaporkan adanya “serangan dan kekerasan yang meluas” selama pemindahan dari pelabuhan Ashdod ke Penjara Ketziot di Gurun Negev, serta selama hari-hari awal penahanan.
Meski kondisi di dalam penjara saat ini relatif stabil, Adalah tetap mengkhawatirkan kesehatan mereka yang mogok makan dan akses terhadap perawatan medis yang memadai.
Serangan terhadap flotilla terjadi pada Rabu (1/10), ketika pasukan Israel menahan lebih dari 470 aktivis dari sekitar 50 negara.
Armada itu berupaya mengirim bantuan kemanusiaan ke Gaza dan menantang blokade Israel terhadap wilayah kantong tersebut, yang telah berlangsung hampir 18 tahun.
Baca juga: Hamas Setuju Bebaskan Semua Sandera Israel Sesuai Proposal Gencatan Senjata Trump
Sejak Oktober 2023, serangan udara Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, membuat wilayah tersebut nyaris tak layak huni.
Adalah menegaskan bahwa pihaknya akan terus memantau kondisi para aktivis hingga proses deportasi selesai, menuntut hak hukum mereka terpenuhi, serta memastikan hak asasi mereka tetap terlindungi.
Baca dan Ikuti Media Sosial Tajuk Nasional, KLIK DISINI



