Sabtu, 13 September, 2025

Bagaimana Nasib Nepal Setelah Perdana Menteri dan Presidennya Mundur?

TAJUKNASIONAL.COM – Nepal tengah dilanda krisis politik setelah Presiden Ram Chandra Poudel dan Perdana Menteri KP Sharma Oli mengundurkan diri pada Selasa (9/9/2025).

Keputusan itu diambil di tengah kerusuhan yang menewaskan sedikitnya 22 orang dan melukai ratusan lainnya.

Sejak Jumat (5/9), gelombang demonstrasi yang dipimpin generasi muda atau Gen Z terus berlangsung.

Ribuan orang turun ke jalan menuntut pencabutan larangan media sosial serta perubahan menyeluruh dalam kepemimpinan negara.

Dengan mundurnya dua pejabat tertinggi, Nepal kini menghadapi kekosongan kursi presiden dan perdana menteri.

Situasi ini memunculkan spekulasi bahwa militer siap mengambil alih sementara kendali negara. Namun, konstitusi Nepal sebenarnya sudah mengatur mekanisme pengisian kekosongan tersebut.

Mekanisme Konstitusional

Mengacu konstitusi Nepal, jabatan perdana menteri dapat berakhir jika yang bersangkutan mengundurkan diri, gagal dalam mosi tidak percaya, berhenti menjadi anggota DPR, atau meninggal dunia.

Jika kursi perdana menteri kosong, dewan menteri yang ada tetap menjalankan tugasnya sampai kabinet baru terbentuk.

Sementara itu, kursi presiden bisa kosong apabila presiden mengundurkan diri, dimakzulkan, habis masa jabatannya, atau meninggal.

Dalam kondisi tersebut, fungsi presiden akan otomatis dialihkan ke wakil presiden.

Fokus ke Parlemen dan Partai Politik

Pengunduran diri presiden dan perdana menteri mengalihkan perhatian publik ke parlemen serta partai politik yang kini dituntut segera membentuk pemerintahan baru.

Analisis politik menilai langkah ini penting untuk mencegah kekosongan kekuasaan yang berkepanjangan.

Balen Jadi Sorotan

Di tengah situasi genting, nama Wali Kota Kathmandu Balendra Shah alias Balen mencuat sebagai tokoh yang dianggap mewakili semangat perubahan.

Politisi independen sekaligus rapper ini disebut-sebut menjadi wajah gerakan Gen Z.

“Balen melambangkan perubahan dari politik dinasti tradisional,” kata analis politik Dipak Gautam, dikutip Times of India.

Popularitasnya disebut mampu membangkitkan semangat partai Rastriya Swatantra (RSP) dan para kandidat independen lainnya.

Namun, Gautam juga mengingatkan bahwa memimpin sebuah kota sangat berbeda dengan memimpin negara yang sedang terpecah belah dan dilanda krisis.

Kini, semua mata tertuju pada langkah parlemen Nepal dan kemungkinan munculnya wajah baru dalam kepemimpinan negara yang tengah berada di persimpangan sejarah.

Baca dan Ikuti Media Sosial Tajuk Nasional, KLIK DISINI

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini