Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengungkap bahwa PDIP dan Partai Demokrat (PD) makin intens menjalin komunikasi setelah Ketua DPP PDIP Puan Maharani berjumpa Ketum PD Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Malahan, kini beredar kabar upaya mempertemukan Ketua Majelis Tinggi PD SBY dan Ketum PDIP Megawati Soekano
Pertanyaannya, apakah mencairnya hubungan PDIP dan PD akan berdampak pada pengusungan Anies Baswedan sebagai capres pada Pilpres 2024?
Setidaknya ada dua tahap yang bisa dibaca untuk mengukur apakah kubu Anies Baswedan patut khawatir atau tidak. Tahap pertama, kubu Anies Baswedan tidak perlu kuatir apabila kedekatan PDIP dan PD hanya sebatas komunikasi politik biasa.
Maksudnya, mencairnya hubungan PDIP dan PD hanya upaya rekonsiliasi politik setelah hubungan yang panas selama dua dekade. Jadi, komunikasi kedua partai ini sebatas supaya tidak ada saling curiga menjelang pemilu, tanpa dilanjutkan dengan kesepakatan koalisi di Pilpres. Jika cairnya hubungan PDIP dan PD berhenti pada tahap ini, maka tidak akan berpengaruh signifikan pada poros Koalisi Perubahan dan Perbaikan (KPP).
Sejauh ini, agaknya cairnya hubungan PDIP dan PD baru sebatas penjajakan politik. Meskipun demikian, cairnya hubungan kedua partai bisa jadi pintu masuk negosiasi untuk Pemilu 2024. Inilah yang kita sebut sebagai tahap kedua.
Kita sama-sama membaca bahwa PD gregetan dengan Anies Baswedan yang tidak kunjung mendapuk cawapres pendampingnya. Ini bukan semata-mata secara elektoral di internal KKP, AHY sing ada lawan, melainkan karena makin lama paslon terbentuk maka ikhtiar pemenangan akan makin berat. PD juga sudah berulang-ulang kali mengingatkan bahwa perubahan dan perbaikan hanya bisa dilakukan jika KKP menang Pilpres.
Apalagi, Anies sendiri pernah menyiratkan bahwa pendampingnya adalah sosok yang berasal dari 3 parpol koalisi pendukungnya.
Inilah dua konsern PD hari ini. Dan jika PDIP bisa mengajukan tawaran yang pas untuk menjawab dua konsern ini, sehingga ada kesepahaman soal Pilpres, maka sangat mungkin kedua partai ini akan memasuki tahap selanjutnya, yakni rekonsiliasi politik ini yang dilanjutkan dengan menjalin kerja sama untuk Pilpres 2024.
Kalau ini yang terjadi, di mana PD pindah haluan dan bergabung dengan Poros PDIP, maka Anies Baswedan layak khawatir karena KPP tidak cukup menggenapi tiket Pilpres.
Partai Nasdem agaknya paham ancaman naik tahap kedua hubungan PDIP-PD ini. Makanya, politisi Partai Nasdem, ketimbang PKS, sibuk nian meng-counter isu hengkangnya PD dari KKP. Namun, cerewetnya Partai Nasdem bukan semata-mata demi menjaga tiket Anies, melainkan konsekuensi logis jika Partai Nasdem tidak ingin dihukum pemilih Anies.
Publik, dan terutama pemilih Anies, sudah sama-sama paham bahwa politisi Nasden, di luar tim 8, adalah pihak yang paling maju sehingga menghambat pengumuman bacawapres Anies. Dengan demikian, jika KKP bubar akibat hengkangnya PD, maka Partai Nasdem akan menerima hukuman yang paling besar dari para pendukung Anies.
Bagas Sanjaya, pengamat politik.