TajukNasional Pada 100 hari pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, kondisi perekonomian Indonesia menjadi sorotan.
Beberapa kebijakan strategis telah diterapkan meskipun menghadapi tantangan besar di sektor pertanian, manufaktur, dan perdagangan.
Salah satu kebijakan utama adalah swasembada pangan, dengan target tercapai pada 2025.
Guru Besar IPB University, Dwi Andreas Santosa, mengungkapkan bahwa swasembada pangan bukanlah tugas mudah, mengingat Indonesia masih sangat bergantung pada impor pangan dalam 10 tahun terakhir.
Namun, ia optimis swasembada beras dapat tercapai pada 2025 berkat stok beras yang melimpah pada awal tahun ini.
Di sisi lain, sektor manufaktur menunjukkan perbaikan, meskipun daya beli masyarakat masih melemah. Data PMI menunjukkan peningkatan sepanjang 2024, dengan indeks manufaktur dan kepercayaan industri terus meningkat.
Namun, sektor pertanian dan pengolahan menunjukkan penurunan upah riil, yang menjadi tantangan bagi pemerintahan baru.
Kondisi perdagangan global juga membawa tantangan dan peluang. Indonesia baru saja bergabung sebagai anggota penuh BRICS, yang dapat meningkatkan ekspor ke negara-negara anggota.
Namun, ada kekhawatiran mengenai lonjakan impor dari negara-negara BRICS, khususnya China.
Sementara itu, proteksionisme yang diterapkan Presiden AS Donald Trump dapat membawa dampak positif bagi Indonesia, seperti peningkatan ekspor, meskipun beberapa produk, seperti pakaian jadi, diperkirakan akan turun.
Meskipun tantangan besar masih ada, pemerintahan Prabowo-Gibran tetap optimis dapat memanfaatkan peluang dan strategi untuk memperbaiki perekonomian Indonesia ke depan.