TAJUKNASIONAL.COM Upaya memperkuat ketahanan aluminium nasional kembali menjadi sorotan utama dalam rapat Komisi VI DPR RI bersama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dan PT PLN (Persero) di Gedung Nusantara, Jakarta.
Anggota Komisi VI DPR RI, Budi Sulistiyono Kanang, menegaskan bahwa industri aluminium sebagai salah satu fondasi penting hilirisasi nasional harus mendapatkan prioritas tinggi dalam kebijakan strategis pemerintah.
Dalam rapat tersebut, Budi Kanang menyampaikan kekhawatirannya atas tingginya ketergantungan Indonesia terhadap impor aluminium yang saat ini masih mencapai 54 persen.
Sementara itu, produksi nasional baru mampu memenuhi sekitar 46 persen dari total kebutuhan domestik.
Menurutnya, situasi ini harus segera diatasi melalui langkah terukur dan jangka panjang.
Baca Juga: DPR RI Siapkan Regulasi Baru Cegah Perundungan dalam Revisi UU Sisdiknas
“Kita harus bermimpi agar angka impor 54 persen itu bisa menuju zero. Kalau bisa mendekati nol, luar biasa. Ini yang utama, bagaimana kesenjangan ini bisa diperkecil,” ujar Kanang menegaskan.
Perlu Roadmap Hingga 30 Tahun Mendatang
Legislator dari Fraksi PDI–Perjuangan tersebut menyoroti pentingnya roadmap komprehensif yang mampu menjawab proyeksi kebutuhan aluminium nasional.
Dalam tiga dekade mendatang, permintaan aluminium diprediksi melonjak hingga 600 persen.
Atas dasar itu, ia menyatakan bahwa fokus Inalum tidak boleh hanya pada dividen atau surplus jangka pendek, melainkan kemampuan memproduksi aluminium secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan industri masa depan.
Kanang menekankan bahwa peta jalan atau masterplan hilirisasi harus dirancang matang hingga 30 tahun ke depan. Menurutnya, tanpa perencanaan ini Indonesia akan sulit bersaing menghadapi ekspansi industri aluminium dari negara lain, khususnya Tiongkok.
“Hilirisasi ini bukan hanya statement. Harus dipersiapkan dengan masterplan dan action plan yang matang hingga 30 tahun. Menghadapi ekspansi besar-besaran dari Tiongkok, tanpa riset yang kuat kita akan berat,” tegasnya.
Baca Juga: Daftar 7 Anggota Komisi Yudisial 2025–2030 Disetujui DPR RI, Proses Fit and Proper Test Resmi Tuntas
Dorongan Perkuat Riset dan Kolaborasi
Dalam kesempatan tersebut, Kanang juga meminta Inalum untuk secara serius meningkatkan investasi riset.
Ia menilai bahwa kualitas dan spesifikasi aluminium dalam negeri harus mampu menjawab kebutuhan industri strategis seperti otomotif, konstruksi, energi, hingga manufaktur teknologi tinggi.
Inalum, kata Kanang, perlu menyisihkan anggaran riset secara konsisten serta memperkuat kerja sama dengan berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi. Dengan begitu, Indonesia dapat menghasilkan produk aluminium berkualitas tinggi dan mampu menekan ketergantungan impor.



