Sementara itu, lembar pengesahan skripsi disebut menggunakan teknik cetak handpress atau letterpress, yang menghasilkan permukaan tulisan tidak rata saat disentuh.
Djuhandani menyampaikan bahwa metode cetak ini sesuai dengan keterangan pemilik percetakan yang digunakan pada masa itu, serta membantah adanya penggunaan metode digital atau pencetakan modern.
“Tidak ditemukan penggunaan alat cetak lain selain mesin ketik manual dan handpress,” tegasnya.
Selain skripsi, penyidik juga memverifikasi keaslian ijazah Jokowi yang diterbitkan oleh Fakultas Kehutanan UGM dengan nomor 1120 dan NIM 1681 KT, tertanggal 5 November 1985. Dokumen tersebut diuji dan dibandingkan dengan ijazah milik tiga rekan seangkatannya.
Uji laboratorium meliputi analisis bahan kertas, fitur keamanan, teknik cetak, tinta, stempel resmi, dan tanda tangan dekan maupun rektor saat itu.
“Hasil uji membuktikan bahwa seluruh unsur ijazah identik dan berasal dari satu sistem produksi resmi UGM,” kata Djuhandani.
Dengan dasar bukti-bukti tersebut, Polri memutuskan menghentikan penyelidikan atas aduan dugaan ijazah palsu, karena tidak ditemukan indikasi tindak pidana.
“Tidak ada pelanggaran hukum dalam kasus ini, sehingga tidak dilanjutkan ke tahap penyidikan,” tutup Djuhandani.
