Tajukpolitik – Aktivis kolaborasi warga Jakarta, Andi Sinulingga, menilai politik identitas digunakan untuk menyerang calon presiden (capres) dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Anies Baswedan.
Andi menyebut hal tersebut bukan tanpa alasan, karena capres yang komunikatif dan memiliki gagasan luas dimiliki oleh Anies Baswedan.
Ia menyampaikan hal tersebut bukan ujug-ujung. Sebab, menurutnya, Anies berkali-kali menarik politik ke arah adu gagasan.
Untuk itu, ia menilai selain rekam jejak, kemampuan komunikasi para calon presiden (Capres) dan penguasaan gagasan soal Indonesia ke depan akan sangat menentukan kualitas Pilpres 2024.
Andi mengatakan dengan modal tersebut, Anies diyakini akan mampu menyingkirkan upaya-upaya para pendengung yang ingin mengeruhkan kontestasi Pilpres 2024 dengan isu-isu adu domba juga politik identitas dan pecah belah.
“Anies berkali-kali menarik politik ini ke arah adu gagasan. Terakhir di awal tahun, dia tulis idenya di harian Kompas, tapi tak ada respons elite politik atau capres lain atas gagasannya tersebut,” jelas Andi, Jumat (28/4).
Namun, Andi melihat, lawan politik Anies tetap saja memilih berkubang di area politik identitas dan rasis. Hal itu dapat terlihat dari labeling yang disematkan ke Anies sebagai bukan orang pribumi melainkan Yaman.
“Lawan politik Anies itu kecanduan politik identitas. Mereka pelakunya, tapi di tuduhkan ke orang lain,” tegas Andi Sinulingga.
Untuk diketahui, narasi politik identitas selalu disematkan kepada Anies Baswedan. Padahal, rekam jejak Anies tidak pernah memainkan politik identitas. Anies justru banyak bicara tentang gagasan Indonesia ke depan.
Akan tetapi, bagi kelompok yang tidak suka terhadap Anies selalu berupaya menyerang Anies dengan narasi politik identitas. Sedangkan, politik gagasan yang ditawarkan Anies tidak pernah dihiraukan bahkan tidak mampu mereka melawan politik gagasan yang ditawarkan oleh Anies.
Sementara itu, saat berbicara tentang rekam jejak kepemimpinan. Anies telah terbukti berhasil membangun Jakarta, tidak hanya sekedar bangunan fisik, tapi juga bangunan non fisik.
Dan yang paling penting adalah Anies berhasil menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Jakarta dengan memberikan akses ruang ketiga atau ruang interaksi tanpa ada batasan dan sekat di berbagai tempat di Jakarta.