Tajukpolitik – Kepala Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai Demokrat, Andi Arief, menegaskan tak mempersoalkan munculnya nama mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, sebagai calon wakil presiden (Cawapres) Anies Baswedan.
“Partai Demokrat tidak pernah mempermasalahkan nama Susi Pudjiastuti atau nama-nama lain dalam kandidat cawapres Pak Anies,” ujar Andi kepada wartawan, Kamis (27/7).
Meskipun begitu, Andi memandang untuk menjadi pemimpin negara, perlu ada panggilan sejarah. Namun dia menegaskan Ketua Umum (Ketum) Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) terus mempersiapkan diri apabila dipanggil sejarah untuk memimpin RI.
“Karena bagi Partai Demokrat menjadi pemimpin negara itu adalah panggilan sejarah. Kalau sejarah belum memanggil artinya ya memang belum dipanggil oleh sejarah,” jelas Andi.
“Karena itu kita memang Partai Demokrat, Mas AHY, sebagai ketum kami mempersiapkan diri. Kita tidak tahu kapan-kapan, apakah dipanggil oleh sejarah untuk mengatasi keadaan atau tidak. Kan kita belum, semua masih berpeluang ke depan,” tambahnya.
Dengan demikian, Andi merespons positif munculnya sosok Susi dipertimbangkan menjadi cawapres Anies. Hal ini, kata dia, juga berlaku pada tokoh-tokoh lainnya.
“Jadi itulah yang membuat kami merespons positif saja, silakan siapa saja, Bu Susi dan tokoh-tokoh lain untuk dinominasikan untuk menjadi capres dari Pak Anies. Tapi yang jelas bahwa kami bersiap jika panggilan sejarah itu datang kepada Partai Demokrat, kepada Ketum Mas AHY. Begitu juga sebaliknya kalau tidak terjadi,” tegas Andi.
Untuk diketahui, Susi Pudjiastuti mulai diperbincangkan sebagai kandidat cawapres Anies usai keduanya bertemu di Pangandaran. Anies bertamu ke kediaman Susi, bahkan bermalam di sana. Keduanya terlibat dalam momen-momen akrab seperti Anies disopiri Susi, bersama ke pelelangan ikan Pangandaran, hingga foto-foto bersama.
Susi telah menjelaskan pertemuannya dengan capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan itu. Susi mengakui ada pembicaraan soal politik, namun dirinya hanya dalam posisi mendengarkan.
“Bicara macam yang tentang politik, saya cuma dengarkan saja. Terlalu banyak (pembahasan) jadi lupa,” kata Susi saat dimintai konfirmasi, Selasa (25/7) lalu.