TajukPolitik – Mantan sekretaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Muhammad Said Didu menyorot tajam pernyataan kontroversial Ketua Majelis Pertimbangan DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy atau Rommy menyebut bahwa kesalehan bukanlah ukuran dalam memilih pemimpin mendatang.
Dirinya keheranan, mengapa elite salah satu partai islam tersebut bisa-bisanya mengatakan kesalehan bukan kriteria seorang pemimpin di Indonesia.
Rommy juga tak mempersoalkan apabila pemimpin tersebut suka menonton film porno ataupun tidak.
Pernyataan itu disampaikan Romy dalam salah satu program televisi swasta. Dengan tema Pilpres Makin Panas, Uji Netralitas dan Politik Identitas.
Pernyataan itu pun ditanggapi eks Sekretaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Muhammad Said Didu. Ia mengindikasikan, pernyataan Romy sebagai orang yang tidak peduli moral.
“Beginilah mereka yang abaikan moral,” ungkapnya dalam cuitannya di Twitter, Rabu (10/5).
Pernyataan Romy dimaksud saat ia bercerita soal kriteria memilih pemimpin. Meski PPP partai Islam, ia mengatakan partainya tidak memilih calon Presiden (capres) berdasakan kesalehan.
Lebih daripada itu, ia bilang pemimpin sebaiknya adalah yang punya kapasitas. Tiga bakal capres yang namanya mencuat, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan menurutnya orang yang punya visi.
“Seorang pemimpin yang ahli maksiat masih memiliki hak untuk ditaati, sepanjang dia tidak melarang kebebasan beragama,” jelasnya.
“Jadi persoalannya adalah kualitas dan kapasitas memimpin, bukan kesolehan.Jadi jangan menyoal wah ini suka lihat film bokep… ini bukan ukuran (dalam memilih pemimpin),” sambung Romahurmuziy.
Menurut Romy, meskipun partainya adalah partai Islam, namun pada urusan memilih pemimpin, tidak hanya didasarkan pada urusan-urusan kesalehan seseorang
“Dalam Al Ahkamu Shulthoniyah kitab yang menjadi salah satu rujukan untuk tata negara dalam hukum Islam sekalipun, seorang pemimpin yang ahli maksiat masih memiliki hak untuk ditaati, sepanjang dia tidak melarang kebebasan beragama,” jelasnya.