Tajukpolitik – Pengamat politik dari Universitas Nasional (Unas), Andi Yusran, menilai wacana duet Anies-Mahfud pada pilpres 2024 sulit terwujud.
Menurut pandangan Andi, saat ini Mahfud MD sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), sudah diidentifikasi sebagai bagian dari rezim. Sedangkan, Anies Baswedan telah ditasbihkan sebagai tokoh perubahan.
Akibatnya, lanjut Andi, nanti akan terjadi resistensi kuat dari akar rumput pendukung setia Anies. Tak hanya pendukung setia Anies, pendukung Mahfud pun akan mengalami hal yang sama.
“Jadi, ini wacana yang kesiangan,” tegas Direktur Lembaga Riset Lanskap Politik Indonesia ini, Selasa (18/4).
Tak hanya ditingkatkan pendukung, Andi menegaskan wacana duet Anies-Mahfud, juga akan ditentang keras partai yang tergabung dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
Karena, lanjut Andi, Mahfud bukan lah representasi dari tokoh perubahan yang menjadi salah satu persyaratan untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres), terutama akan mendapat penolakan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Demokrat.
Selain itu, dengan elektabilitas Mahfud yang masih minim yang belum muncul di deretan papan atas cawapres tentu juga menjadi pertimbangan.
Sebab, dalam kesepakatannya, KPP yang terdiri dari Partai Nasdem, PKS dan Demokrat telah menyepakati bahwa pasangan Anies Baswedan atau cawapres adalah sosok yang bisa membantu pemenangan koalisi.
“Kalaupun akhir-akhir ini nama Mahfud muncul karena mengungkap kasus transaksi janggal di Kemenkeu, itu tidak cukup mengangkat elektabilitasnya,” pungkas Andi Yusran.
Untuk diketahui, saat ini telah beredar banyak nama sebagai cawapres Anies. Selain nama Mahfud MD, tim kecil dari KPP juga telah menggodok sejumlah nama, seperti Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawangsa dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno.