Tajukpolitik – Direktur Sentral Politika, Subiran Paridamos, mengatakan saat ini PDIP keteteran menghadapi Jokowi. Padahal, pada perhelatan pemilihan presiden (Pilpres) 2014, PDIP justru melegalkan politik dua kaki Partai Golkar.
Hal itu ia sampaikan menanggapi manvuer-manuver yang dilakukan oleh Presiden, termasuk menjadikan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai bakal calon wakil presiden (bacawapres) dari Prabowo Subianto.
Subiran mengamati arah politik Jokowi menghadapi Pilpres 2024 memiliki kemiripan dengan Golkar, yang saat itu tak menyoal Jusuf Kalla (JK) dimajukan sebagai calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Jokowi yang diusung PDIP pada Pilpres 2014.
“Posisi JK juga pada saat itu masih kader dan anggota aktif partai Golkar yang mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa,” kata Subiran, Sabtu (28/10).
“Posisinya sama seperti putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka yang notabene kader PDIP tapi dimajukan bersama Prabowo Subianto di Pilpres 2024,” tambah Subiran.
Menurut Subiran, Jokowi sebagai presiden sekaligus seorang ayah telah menyatakan secara tersirat dukungannya kepada Gibran, mengikuti Pilpres 2024 berpasangan dengan Prabowo.
Tapi Subiran telah menduga jika bahwasanya PDIP tidak bisa menjatuhkan sanksi merespon manuver itu karena berpotensi menurunkan elektabilitas partai.
“Jika PDIP berani memecat Gibran dan Jokowi, maka tentu Jokowi effect akan sangat merugikan elektoral PDIP. Sebab massa loyalis Jokowi baik dari relawan, atau partai, masih cukup kuat,” tegas Subiran.
Dampak elektoral yang bakal menimpa PDIP tersebut, ujar Subiran meyakini akan terjadi apabila wacana pengkhianatan Jokowi juga terus dikemukakan ke hadapan publik.
“Tentu, itu juga akan berefek pada elektoral PDIP. Sebab walau bagaimanapun Jokowi ini masih memiliki loyalis,” pungkas magister ilmu komunikasi politik tersebut.
Untuk diketahui, baru kali ini PDIP keteteran menghadapi Jokowi yang notabene merupakan ‘petugas partai’.