TAJUKNASIONAL.COM Satu tahun kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto bersama Kabinet Merah Putih menandai era baru dalam arah politik luar negeri Indonesia.
Setelah setahun penuh konsolidasi kebijakan dan penguatan diplomasi ekonomi, Indonesia resmi bergabung dengan kelompok ekonomi besar dunia, BRICS, pada awal tahun 2025.
Langkah ini menjadi momentum penting dalam perjalanan transformasi bangsa menuju posisi strategis di kancah global.
BRICS: Poros Baru Ekonomi Dunia
Kelompok BRICS — yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan — merupakan salah satu kekuatan ekonomi terbesar dunia.
Hingga tahun 2024, negara-negara anggota BRICS berkontribusi terhadap lebih dari 40% populasi dunia dan sekitar 30% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) global.
Di tengah situasi ekonomi dunia yang penuh ketidakpastian, fragmentasi sistem perdagangan internasional, dan meningkatnya persaingan antar kekuatan besar, keanggotaan Indonesia dalam BRICS dinilai sangat strategis.
Langkah ini memperkuat posisi Indonesia sebagai kekuatan ekonomi baru sekaligus membuka ruang kerja sama yang lebih luas dengan negara-negara berkembang lainnya.
Proses Bergabungnya Indonesia ke BRICS
Upaya diplomatik menuju keanggotaan penuh dimulai pada 22–24 Oktober 2024, saat Menteri Luar Negeri Sugiono mewakili Indonesia dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus di Kazan, Rusia.
Dalam forum tersebut, Indonesia secara resmi menyampaikan niatnya untuk menjadi anggota tetap BRICS.
Langkah ini disambut positif oleh negara-negara anggota, dan pada 6 Januari 2025, Brasil selaku Ketua BRICS tahun 2025, mengumumkan bahwa Indonesia diterima sebagai anggota penuh setelah mendapat persetujuan konsensus dari seluruh anggota BRICS.
Selanjutnya, Presiden Prabowo Subianto menghadiri KTT BRICS pertamanya di Rio de Janeiro, Brasil, pada 6–7 Juli 2025.