Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya fleksibilitas dalam pilihan hunian. Rumah susun pekerja di KITB menyediakan berbagai tipe kamar, mulai dari tipe sederhana hingga kamar dengan fasilitas pribadi dan pendingin udara (AC). Hal ini dinilai dapat mengakomodasi kemampuan ekonomi yang berbeda-beda dari para pekerja.
“Hunian yang layak, sehat, dan terjangkau merupakan fondasi agar para pekerja bisa hidup lebih baik, dan tentunya bekerja lebih produktif,” tambahnya.
Menteri PKP juga meninjau langsung kondisi fisik bangunan, mulai dari tampilan eksterior hingga kelengkapan di dalam kamar seperti dapur, kamar mandi, dan ruang jemur. Ia menyempatkan berdialog dengan sejumlah penghuni untuk menyerap aspirasi dan mendengar langsung pengalaman tinggal di hunian tersebut.
Menurutnya, penataan rumah susun ini sudah jauh lebih baik dibandingkan konsep awal berupa barak pekerja. Namun, ia menekankan perlunya perencanaan yang lebih matang ke depan, termasuk mempertimbangkan zonasi berdasarkan gender, jarak dari tempat kerja, serta kelengkapan sarana penunjang lainnya.
“Ini adalah langkah awal yang baik. Namun, jika ingin menciptakan lingkungan industri yang berkelanjutan dan humanis, maka aspek hunian pekerja harus menjadi perhatian utama dalam perencanaan kawasan industri,” pungkas Menteri PKP Maruarar.