Sabtu, 22 November, 2025

Ledakan Bom Rakitan di SMAN 72, DPR RI Desak Penguatan Pendidikan Karakter dan Ruang Aman untuk Siswa

TAJUKNASIONAL.COM Insiden ledakan bom rakitan yang dilakukan seorang siswa di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara, memunculkan perhatian serius dari DPR RI.

Wakil Ketua Komisi X DPR, MY Esti Wijayanti, menegaskan bahwa kasus ini merupakan alarm bagi seluruh sekolah untuk memperkuat pendidikan karakter serta menghadirkan ruang aman bagi anak-anak, terutama mereka yang rentan menjadi korban perundungan (bullying).

Menurut Esti, peristiwa ini menunjukkan adanya persoalan mendalam yang tidak bisa dianggap sepele, baik dari faktor lingkungan sosial sekolah maupun kondisi keluarga pelaku.

“Karena anak-anak itu punya kekhususan yang memang harus diperhatikan oleh para guru. Di samping katanya informasinya juga keluarganya broken home. Dari kasus ini, kalau melihat dari kasus bullying-nya, maka memang sekolah-sekolah perlu sekali untuk selalu menyelipkan hal-hal berkaitan dengan bagaimana interaksi sosial dengan kawan-kawannya,” ujar Esti saat kunjungan kerja Komisi X DPR RI di Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (19/11/2025).

Baca Juga: Bom Bunuh Diri Guncang Islamabad, 12 Tewas dan 27 Luka-luka

Pendidikan Karakter Harus Jadi Kebiasaan Sehari-Hari, Bukan Sekadar Materi Tambahan

Dalam pandangan Esti, pendidikan adab dan etika dasar tidak boleh hanya menjadi wacana. Itu harus hidup dalam keseharian sekolah.

“Bagaimana berinteraksi antara anak yang satu dengan anak yang lain. Bagaimana diajarkan adab untuk tidak menghina. Bagaimana diajarkan adab untuk berkata-kata yang baik,” tuturnya.

Ia mengingatkan kembali tentang nilai-nilai sederhana yang dulu dipraktikkan di sekolah—bersikap sopan kepada guru, menjaga kebersihan, hingga membantu membawa barang.

Contoh yang mungkin dianggap kuno itu, menurutnya, adalah fondasi penting pembentukan karakter.

“Dulu kita bisa melihat bagaimana orang lewat di depan guru itu sudah permisi… Itu sesuatu yang kuno orang melihat. Tapi itu penting,” tegasnya.

Esti menambahkan bahwa sejumlah negara terus menanamkan etika dasar di ruang publik, seperti kebiasaan mengucapkan terima kasih kepada pengendara di zebra cross.

Menurutnya, hal sesederhana itu bisa mulai ditanamkan sejak pendidikan usia dini.

Baca Juga: Mengenal Pesawat Pengebom B-2 Spirit yang Melintas saat Pertemuan Trump-Putin di Alaska

Peran Orang Tua Tidak Bisa Dikesampingkan

Politikus Fraksi PDI-P tersebut menekankan bahwa pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab guru.

Orang tua juga memiliki peran vital dalam membentuk kemandirian dan etika anak.

Ia menyoroti pola pikir sebagian orang tua yang menolak anaknya terlibat dalam kegiatan kebersihan sekolah.

“Kadang orang tua bilang, anakku sekolah di situ karena aku tidak ingin anakku ikut membersihkan toilet. Tidak. Ini sesuatu yang memang harus diajarkan,” katanya.

Bagi Esti, pendidikan karakter mesti menjadi jembatan agar anak tumbuh sebagai pribadi tangguh dan bermoral.

“Melalui pendidikan karakter… melalui pendidikan bagaimana bersikap, beretika dan bermoral Pancasila, kita melahirkan anak-anak yang berpendidikan Pancasila,” pungkasnya.

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini