TAJUKNASIONAL.COM Bencana tanah longsor yang melanda Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, kembali menelan korban jiwa.
Tim SAR gabungan menemukan dua korban tewas tambahan pada Selasa (18/11), sehingga total korban meninggal dunia yang berhasil dievakuasi kini mencapai 18 orang.
Temuan terbaru ini menambah panjang daftar dampak fatal dari bencana tersebut yang terjadi pada Kamis (13/11) pukul 19.00 WIB.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam keterangan tertulis menjelaskan bahwa fokus utama saat ini adalah pencarian lima warga yang masih dinyatakan hilang.
“Tim pencarian dan pertolongan gabungan kini fokus terhadap lima orang masih dinyatakan hilang,” kata Muhari.
Ia menambahkan bahwa operasi pencarian pada hari sebelumnya terpaksa dihentikan sementara pada pukul 16.15 WIB karena cuaca memburuk yang membahayakan keselamatan petugas.
Baca Juga: Banjir Produk Impor, UMKM Terancam, DPR RI Tekan Pemerintah Atur Thrifting
Medan di lokasi dinilai sangat rawan pergerakan tanah, sehingga tim harus tetap mengutamakan kewaspadaan.
Memasuki hari ketujuh operasi pencarian, tim SAR membagi pencarian ke dalam tiga sektor utama.
“Dengan target pencarian hari ketujuh (hari ini) mencakup lima korban melalui tiga workset,” ujarnya. Setiap sektor dipetakan berdasarkan potensi area tertimbun material longsor serta laporan warga mengenai lokasi terakhir para korban terlihat.
Selain korban jiwa, dampak longsor di Cibeunying juga memukul keras permukiman dan mata pencaharian warga.
Menurut Muhari, sedikitnya 16 rumah roboh atau hilang, serta 25 rumah lain terancam ambruk akibat kondisi tanah yang labil.
Tak hanya itu, 1 hektare lahan pertanian ikut terdampak, membuat warga kehilangan sumber penghasilan utama mereka.
Secara keseluruhan, terdapat 46 jiwa yang terdampak langsung bencana ini, sementara 383 orang terpaksa mengungsi ke empat lokasi: Balai Desa Cibeunying, MTS SS Cibeunying, Masjid Baeturrohman Wanasari, dan sejumlah rumah keluarga.
BNPB menegaskan bahwa kebutuhan dasar para pengungsi dan mitigasi risiko bencana susulan kini menjadi prioritas terbesar.
“Pemenuhan kebutuhan pengungsi dan pemantauan risiko longsor susulan menjadi prioritas utama,” ungkap Muhari.
Longsor besar yang menimbun dua dusun—Tarukahan dan Cibuyut—itu terjadi di area seluas 6,5 hektare, meninggalkan jejak kerusakan parah.
Material longsor menyebabkan penurunan tanah hingga 2 meter serta retakan sepanjang 25 meter, menandakan adanya potensi longsor lanjutan.
Baca Juga: Kementerian PU Percepat Penanganan Longsor di Jalur Medan–Berastagi, Ditarget Rampung Desember 2025
Kondisi ini membuat tim SAR bekerja ekstra hati-hati, mengingat ancaman pergerakan tanah yang masih aktif.
Bencana ini kembali menegaskan tingginya risiko tanah longsor di wilayah perbukitan selatan Jawa Tengah, terutama saat curah hujan meningkat.
Proses evakuasi dan pencarian korban diperkirakan masih akan berlanjut hingga seluruh warga yang hilang ditemukan, bergantung pada kondisi cuaca dan stabilitas tanah.



