Rabu, 30 April, 2025

Sugeng Suparwoto Dorong Pemanfaatan Co-Firing untuk Kurangi Emisi dan Penggunaan Batu Bara

TajukNasional Wakil Ketua Komisi XII DPR RI Sugeng Suparwoto menegaskan pentingnya percepatan implementasi teknologi co-firing sebagai langkah konkret untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menekan ketergantungan terhadap batu bara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

“Co-firing salah satu cara kita menurunkan emisi dan pembakaran bahan bakar fosil. Selain menggunakan biomassa seperti ranting dan serbuk kayu, co-firing juga bisa memanfaatkan sampah yang diolah menjadi energi,” ujar Sugeng saat kunjungan kerja ke PLTU Paiton, Probolinggo, Minggu (13/4/2025).

Co-firing adalah metode pembakaran dua jenis bahan bakar secara bersamaan di PLTU, yaitu batu bara dan biomassa — seperti pellet kayu, cangkang sawit, atau bahkan sampah rumah tangga. Tujuannya adalah mengurangi emisi karbon dan konsumsi batu bara, dengan tetap mempertahankan kinerja pembangkit listrik.

Sugeng menambahkan, pemanfaatan sampah sebagai bahan bakar co-firing juga membantu menyelesaikan persoalan limbah.

“Kita bisa capai dua target sekaligus. Mengolah sampah dengan baik akan menekan emisi metana dan CO₂ dari limbah, sekaligus menghasilkan energi terbarukan,” tegasnya.

Meski nilai kalor biomassa lebih rendah dibanding batu bara, teknologi co-firing tetap dinilai potensial dan efektif.

“Sampah setelah diproses memiliki kalori sekitar 85 persen dari batu bara. Ini sudah cukup baik untuk mendukung co-firing,” katanya.

Komisi XII DPR RI, kata Sugeng Suparwoto, mendorong agar target nasional co-firing sebesar 5 persen dapat tercapai. Angka tersebut setara dengan 10 juta ton substitusi batu bara per tahun, dari total konsumsi batu bara sekitar 200 juta ton per tahun untuk sektor kelistrikan.

“Kalau 5 persen dari konsumsi batu bara digantikan oleh biomassa, maka 10 juta ton batu bara tidak perlu dibakar. Ini signifikan untuk pengurangan emisi karbon, sulfur, dan zat berbahaya lainnya,” jelas politisi Fraksi Partai NasDem ini.

Sugeng juga menyinggung pengawasan DPR terhadap penerapan teknologi ramah lingkungan di PLTU batu bara, termasuk teknologi super critical, ultra critical, dan ke depan carbon capture and storage (CCS).

“Kita di Komisi XII terus mendorong agar PLTU menggunakan teknologi efisien dan rendah emisi. Bahkan PLTU berbasis mulut tambang juga lebih hemat dan ramah lingkungan,” terangnya.

Ia menegaskan bahwa meski energi baru dan terbarukan terus dikembangkan, keberadaan PLTU batu bara belum bisa dihilangkan dalam waktu dekat. Namun demikian, teknologi harus diarahkan pada efisiensi dan penurunan emisi secara berkelanjutan.

 

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini