TajukNasional Lonjakan angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang menimpa lebih dari 18 ribu tenaga kerja hingga Februari 2025 menjadi sorotan serius Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi NasDem, Irma Suryani Chaniago. Ia mendorong pemerintah agar segera mengambil langkah strategis, salah satunya dengan belajar dari pengalaman Filipina dalam pengelolaan sumber daya manusia (SDM).
“Saya menyarankan agar pemerintah belajar dari Filipina dalam mengelola SDM yang melimpah,” ujar Irma, Minggu (6/4/2025).
Irma menekankan pentingnya pembenahan total terhadap Balai Latihan Kerja (BLK) agar dapat lebih fokus memberikan pelatihan vokasi sesuai kebutuhan pasar kerja, baik lokal maupun global.
“Yang perlu dilakukan adalah segera benahi semua BLK untuk fokus memberikan pendidikan vokasi, khususnya keterampilan yang benar-benar dibutuhkan di pasar kerja saat ini,” jelasnya.
Menurut Irma, masa ini menjadi periode yang sangat berat terutama bagi buruh pabrik, yang kini menjadi kelompok paling rentan terdampak gejolak ekonomi.
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan yang dirilis melalui situs Satu Data Kemnaker, tercatat sebanyak 18.610 pekerja terkena PHK selama Januari hingga Februari 2025. Angka ini melonjak hampir lima kali lipat dibandingkan data PHK bulan Januari yang hanya mencatat 3.325 orang. Dari jumlah tersebut, lebih dari setengahnya berasal dari Provinsi Jawa Tengah.
Irma juga menyoroti dampak eksternal yang turut memengaruhi kondisi ketenagakerjaan di Indonesia. Ia menyinggung kebijakan tarif impor baru yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebagai bentuk dari eskalasi perang dagang AS-Tiongkok.
“Perang dagang antara Amerika dan China yang berdampak pada naiknya pajak ekspor oleh Amerika tak hanya memukul Indonesia, tapi juga negara-negara lain. Ini jelas krisis ekonomi global,” ungkap Irma.
Di tengah tantangan global ini, Irma mendesak pemerintah untuk tak hanya bersikap reaktif, namun juga melakukan terobosan kebijakan jangka panjang dalam membangun ketahanan ketenagakerjaan nasional. Menurutnya, strategi edukasi vokasi yang sistematis dan adaptif menjadi kunci utama dalam menghadapi pasar tenaga kerja masa depan yang semakin kompetitif.