TajukNasional Proyek tanggul laut raksasa yang akan melindungi kawasan pesisir utara Jawa dari banjir rob dan abrasi ternyata tidak sepenuhnya akan dibangun dengan tembok beton. Hal ini ditegaskan oleh Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang menyebut kemungkinan penggunaan kombinasi antara beton dan solusi alami seperti mangrove.
“Pesisir utara Jawa tak semuanya jadi prioritas satu. Ada yang bisa menggunakan pendekatan green solution seperti mangrove, atau kombinasi dengan struktur beton,” ujar AHY usai rapat koordinasi di Jakarta, Rabu (19/3/2025).
Pernyataan AHY itu dibenarkan oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Lilik Retno Cahyadiningsih. Ia menjelaskan bahwa pembangunan tanggul laut memang memiliki dua pendekatan: struktural dan non-struktural.
“Kalau semua ditembok justru bisa berdampak negatif. Di tempat tertentu, pendekatan non-struktural seperti vegetasi pantai atau mangrove lebih cocok,” kata Lilik saat ditemui di kantornya, Selasa (8/4/2025).
Saat ini, beberapa daerah yang menjadi fokus awal pembangunan tanggul laut antara lain Jakarta, Cirebon, Semarang, dan Demak. Rencana besar proyek ini membentang dari Tangerang hingga Gresik, namun pembangunannya akan dilakukan secara bertahap dan tidak seragam.
Menurut Lilik, sejumlah desain sudah mulai diajukan, termasuk dari kalangan akademisi seperti Institut Teknologi Bandung (ITB). “Kami hari ini akan mendengarkan paparan desain dari ITB,” katanya.
Dalam waktu dekat, AHY juga akan membentuk Badan Otorita khusus untuk menangani pembangunan proyek ini. Badan tersebut akan mengurus berbagai aspek mulai dari teknis konstruksi hingga pendanaan.
Proyek tanggul laut raksasa ini menjadi bagian penting dari strategi jangka panjang pemerintah dalam menghadapi ancaman perubahan iklim dan naiknya permukaan air laut, khususnya di wilayah padat penduduk seperti pesisir utara Pulau Jawa.