TajukNasional Ketua Komisi VI DPR RI, Anggia Erma Rini, menyoroti stagnasi produksi teh nasional yang tertinggal jauh dibandingkan lonjakan produksi kopi. Menurutnya, meski teh Indonesia memiliki banyak varian dan kualitas unggul, daya tariknya di pasar belum sekuat kopi yang kini telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat.
“Produksi kopi nasional sudah jauh melejit, sementara teh seperti jalan di tempat. Padahal, teh kita tidak kalah dari segi kualitas dan jenis. Saya pencinta teh, dan yakin teh Indonesia bisa jadi idola kalau dikelola secara profesional,” kata Anggia kepada Parlementaria usai memimpin pertemuan dengan otoritas BUMN sektor perkebunan dan kehutanan di Surabaya, Kamis (10/4/2025).
Anggia yang juga politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu mengingatkan bahwa dulu teh sempat menjadi komoditas unggulan nasional, bahkan melampaui kopi. Namun, kini posisinya berbalik.
“Dulu teh pernah lebih unggul dari kopi. Sekarang kondisinya berbalik. Ini pertanyaan serius. Sudah waktunya dilakukan revitalisasi menyeluruh dari hulu ke hilir terhadap produksi teh nasional,” tegasnya.
Anggia mengakui bahwa tren kopi yang menjadi gaya hidup turut mendorong pertumbuhan industrinya. Ia mendorong pelaku industri teh untuk melakukan inovasi dan terobosan agar teh juga bisa memiliki nilai gaya hidup dan pasar yang lebih luas, terutama generasi muda.
“Kopi sekarang jadi gaya hidup, bahkan semacam simbol sosial. Teh dulu juga pernah seperti itu. Ini seperti siklus. Sekarang tantangannya bagaimana membuat teh naik kelas lagi,” ujarnya.
Dalam pertemuan tersebut, Anggia juga menyoroti pentingnya peran BUMN sektor perkebunan, khususnya PTPN, dalam mengelola komoditas seperti kopi, teh, tebu, dan karet secara maksimal. Ia menegaskan bahwa seluruh komoditas strategis ini harus dikelola dengan standar profesional agar bisa bersaing di pasar domestik maupun internasional.
“PTPN harus mampu menjadikan semua komoditas unggulan sebagai juara, termasuk teh. Jangan sampai potensi besar ini tidak tergarap optimal hanya karena kurang inovasi atau manajemen yang lemah,” pungkasnya.