Aksi penembakan ini memicu kemarahan di kalangan masyarakat Gaza dan kecaman dari sejumlah organisasi kemanusiaan yang menilai tindakan tersebut melanggar kesepakatan damai.
Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas diumumkan pada Jumat (10/10) lalu.
Perjanjian tersebut mencakup penghentian agresi militer, pertukaran tawanan, serta penarikan bertahap pasukan Israel dari wilayah Gaza.
Dalam tahap awal, Hamas telah membebaskan sekitar 20 orang sandera terakhir yang ditahan sejak konflik pecah, sementara pihak Israel juga telah melepaskan hampir 2.000 warga Palestina dari penjara Tel Aviv.
Selain pertukaran tawanan, perjanjian itu juga mengatur kewajiban Israel untuk menarik pasukan militernya secara bertahap dari Gaza dan memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk tanpa hambatan.
Baca Juga: Presiden Prabowo Pulang dari Kairo, Siap Kirim Pasukan Peacekeeping Indonesia ke Gaza
Namun, insiden penembakan terbaru ini memperlihatkan bahwa implementasi kesepakatan masih jauh dari sempurna.
Sejumlah analis menilai tindakan pasukan Israel tersebut bisa memperburuk situasi dan mengancam keberlangsungan gencatan senjata.
Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Gaza masih mengalami ketegangan, sementara ribuan warga yang kehilangan tempat tinggal berusaha kembali ke reruntuhan rumah mereka dengan risiko tinggi.
Sementara itu, kelompok Hamas belum memberikan tanggapan resmi atas insiden ini.
Namun, beberapa perwakilan politiknya menegaskan bahwa mereka akan meninjau kembali komitmen terhadap gencatan senjata jika pelanggaran terus berlanjut.
Dengan meningkatnya kembali kekerasan di Gaza, komunitas internasional kini menyerukan agar kedua belah pihak segera mematuhi kesepakatan dan mengutamakan keselamatan warga sipil.
Baca dan Ikuti Media Sosial Tajuk Nasional, KLIK DISINI
