TAJUKNASIONAL.COM – Festival musik Pestapora 2025, yang awalnya digadang sebagai pesta besar bagi penikmat musik tanah air, berubah menjadi kontroversi setelah sederet musisi memutuskan batal tampil.
Aksi boikot massal ini dipicu oleh keterlibatan PT Freeport Indonesia sebagai salah satu sponsor utama.
Sejak Jumat malam, 5 September 2025, tagar #BoikotPestapora hingga Freeport menduduki trending topic di media sosial X dan Instagram.
Protes publik dengan cepat menguat, mendorong banyak band dan solois yang dijadwalkan tampil di hari kedua dan ketiga untuk menarik diri.
Penyelenggara pun bergerak cepat. Melalui pernyataan resmi di akun Instagram @pestaporapada Sabtu dini hari, 6 September 2025, promotor mengumumkan pemutusan kerja sama dengan Freeport.
“Per hari ini, Sabtu 6 September 2025, Pestapora telah memutus kerja sama dengan PT Freeport Indonesia.
Untuk penyelenggaraan hari kedua dan ketiga, kami sudah tidak terikat dengan PT Freeport Indonesia,” tulis penyelenggara.
Namun, keputusan itu tak lantas membuat musisi kembali ke panggung.
Banyak di antara mereka tetap bertahan pada pilihan boikot sebagai bentuk konsistensi sikap atas isu lingkungan, kemanusiaan, dan solidaritas terhadap masyarakat Papua.
Kontroversi sponsor Freeport ini tak lepas dari rekam jejak perusahaan tersebut di Papua. Laporan Corporate Accountability Lab (2023) menyoroti kerusakan lingkungan yang diakibatkan aktivitas tambang.
Aparat keamanan yang mengawal area operasi juga kerap disebut melakukan tindakan represif terhadap warga sekitar.
Sementara itu, sebuah studi di Environmental Science & Policy (2022) menemukan bahwa 70 persen masyarakat Indonesia menolak ekspansi tambang karena dianggap merusak lingkungan dan budaya lokal.
Sejumlah nama besar yang mundur dari lineup Pestapora tahun ini antara lain Leipzig, Durga, Xinlie, Kelelawar Malam, Negatif A, Rebellion Resor, Rekah, Sukatani, Ornament, The Jeblos, Petra, Rrag, Peltras, Kenyakindown, Swellow, Navicula, .Feast, Hindia, The Cottons, Tarrkam, Central HC, Keepitrealo, The Panturas, dan masih banyak lagi.
Dengan absennya puluhan musisi tersebut, Pestapora 2025 yang seharusnya menjadi ruang euforia kini berubah menjadi panggung perdebatan tentang etika sponsorship dan keberpihakan industri musik terhadap isu sosial-lingkungan di Indonesia.
Baca dan Ikuti Media Sosial Tajuk Nasional, KLIK DISINI