TajukNasional Kepemimpinan Bahlil Lahadalia sebagai Ketua Umum Partai Golkar tampaknya mendapat penolakan dari arus bawah partai.
Ketidakpuasan ini dipicu oleh sejumlah kebijakan dan sikap politik Bahlil yang dinilai menimbulkan kegaduhan di pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Direktur Gerakan Perubahan, Muslim Arbi, menyebut munculnya poster calon ketua umum (caketum) Golkar merupakan indikasi kuat bahwa kader di tingkat akar rumput ingin segera menggelar Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub).
“Apalagi ada campur tangan Jokowi saat Bahlil terpilih sebagai Ketum, dan itu menimbulkan kegaduhan di era Prabowo,” kata Muslim, Minggu (16/2).
Muslim menambahkan bahwa sikap Bahlil yang semakin memicu keresahan kader Golkar adalah saat ia terlihat mencium tangan Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Joko Widodo.
Selain itu, kebijakan Bahlil terkait gas subsidi 3 kg yang dinilai memberatkan rakyat kecil juga menjadi sorotan.
“Kebijakan ini bahkan menimbulkan korban jiwa. Ini tentu sangat mengganggu Prabowo dan memicu keresahan di akar rumput,” ujarnya.
Sinyal perlawanan terhadap Bahlil semakin kuat setelah beredarnya gambar lima kandidat calon ketua umum Partai Golkar di aplikasi pesan WhatsApp pada Rabu (12/2).
Empat di antaranya merupakan menteri dalam Kabinet Merah Putih, yakni Meutya Viada Hafid (Menteri Komunikasi dan Digital), Nusron Wahid (Menteri Agraria dan Tata Ruang), Dito Ariotedjo (Menteri Pemuda dan Olahraga), serta Maman Abdurahman (Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah).
Sementara satu nama lainnya adalah Bambang Soesatyo, mantan Ketua MPR yang kini menjadi anggota Komisi III DPR.
Dengan semakin kuatnya tekanan dari arus bawah, desakan untuk menggelar Munaslub Golkar semakin menguat.