Selain itu, Soedeson menyoroti potensi bahaya dari penggunaan strobo dan sirene yang tidak semestinya.
Ia menyebut bahwa manuver berbahaya seperti zig-zag di jalan sering terjadi saat kendaraan berstrobe mencoba menerobos lalu lintas.
“Penggunaan seperti itu seringkali diikuti manuver berbahaya. Itu bisa menimbulkan kecelakaan,” jelasnya.
Dorong Pembatasan Sirene dan Strobo
Lebih lanjut, Soedeson mendesak agar aturan penggunaan sirene dan strobo diperketat.
Ia menilai fasilitas tersebut hanya layak digunakan oleh pihak-pihak tertentu, seperti Presiden atau tamu negara.
“Kecuali Presiden atau tamu negara, silakan. Kalau yang lain itu, enggak perlu lah,” katanya.
Sebagai contoh, Soedeson mengaku selalu memilih berangkat lebih awal jika menghadiri acara penting. Menurutnya, hal tersebut lebih etis ketimbang meminta prioritas di jalan.
“Saya tidak pernah menggunakan kayak begitu-begitu. Kalau saya tahu acaranya macet, ya saya datang lebih awal saja,” imbuhnya.
Baca Juga: PAN Nonaktifkan Eko Patrio dan Uya Kuya dari Anggota DPR RI
Protes Publik di Media Sosial
Gerakan “Stop Tot Tot Wuk Wuk” awalnya mencuat dari keresahan masyarakat terhadap kendaraan pejabat dan mobil sipil yang menggunakan strobo maupun sirene tanpa alasan darurat.



