TAJUKNASIONAL.COM – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) hingga kini belum memberikan sanksi terhadap dua kadernya, Deddy Yevri Hanteru Sitorus atau Deddy Sitorus dan Sadarestuwati, meski keduanya menjadi sorotan publik.
Deddy dianggap menyakiti hati rakyat karena pernyataannya soal “rakyat jelata”, sementara Sadarestuwati menuai kritik lantaran berjoget saat Sidang Tahunan MPR.
Padahal, sejumlah partai lain yang kadernya menimbulkan kegaduhan di publik langsung mengambil langkah tegas.
Partai NasDem resmi menonaktifkan Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, PAN mencopot Uya Kuya serta Eko Patrio, sementara Golkar menonaktifkan Adies Kadir.
Baca juga: Perbedaan Nonaktif dan Pemecatan Anggota DPR
Namun, berbeda dengan partai berlambang banteng tersebut, PDIP hingga saat ini belum memberikan sanksi apa pun kepada kedua kadernya.
Ketua DPP PDIP sekaligus anggota Fraksi PDIP DPR RI, Said Abdullah, akhirnya buka suara mengenai posisi Deddy Sitorus dan Sadarestuwati.
Ia menyampaikan permintaan maaf secara terbuka atas tindakan kedua koleganya itu.
“Saya sebagai anggota fraksi PDI Perjuangan atas nama Pak Deddy Sitorus, Ibu Sadarestuwati, sungguh-sungguh minta maaf jika kemudian ada kesalahan, kekhilafan, yang dilakukan oleh Pak Deddy dan Ibu Sadarestu. Dengan segala kerendahan hati kami minta maaf,” ujar Said di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (1/9/2025).
Menurut Said, insiden ini menjadi pelajaran berharga bagi partainya agar lebih berhati-hati dalam bersikap maupun memilih diksi di ruang publik.
Baca juga: Daftar Anggota DPR yang Dipecat Imbas Demo Agustus 2025
Lebih lanjut, Said meminta publik memberi kesempatan kepada PDIP untuk menindaklanjuti polemik tersebut secara internal.
“Menyangkut hal-hal yang seperti disebutkan tadi Pak Deddy Sitorus, Sadarestuwati, maka menurut hemat kami dari sisi fraksi PDI Perjuangan, dengan kedaulatan dan otonomi yang kami miliki, berilah kesempatan DPP partai,” katanya.
Ia menegaskan, PDIP akan menjadikan kasus ini sebagai pengingat agar seluruh kader lebih bijak dalam bersikap, terutama di hadapan rakyat.
“Namun, kami melihatnya apa yang disampaikan oleh Pak Deddy Sitorus atau kemudian Ibu Sadarestuwati, secara etik kita semua menjadi pelajaran bagi kita untuk mempergunakan diksi atau frasa yang menimbulkan empati dan simpati kepada rakyat,” tutup Said.
Baca dan Ikuti Media Sosial Tajuk Nasional, KLIK DISINI