Prabowo tidak sedang membicarakan masa lalu, ia menatap masa depan. Ia mengingatkan kita pada Salahuddin, pada Umar bin Khattab, pada Al-Fatih—bukan untuk nostalgia, tapi untuk membangkitkan kembali semangat keberanian, keadilan, dan kepemimpinan sejati. Dunia Islam bukan lemah, hanya tertidur. Dan kini saatnya kita bangun!
Persatuan dunia Islam bukan pilihan, tapi keharusan. Kita adalah seperempat umat manusia.
Kita memiliki kekayaan sumber daya, sejarah kejayaan ilmu pengetahuan, dan kekuatan moral untuk memimpin dunia ke arah baru—arah yang berpihak pada keadilan, kemanusiaan, dan kemajuan.
Pidato Prabowo adalah nyala obor di tengah gelapnya dunia yang dipenuhi hipokrisi. Ini bukan akhir, ini adalah awal! Awal dari babak baru kebangkitan dunia Islam yang bersatu, kuat, dan tidak lagi meminta keadilan—tetapi menegakkannya! Saatnya bergerak.
Saatnya bertindak. Palestina menanti, dunia menyaksikan, dan sejarah akan mencatat!
Oleh Dede Prandana Putra (Pemerhati Sosial-Politik)