Kasihan Prabowo. Serangan terhadap dirinya masih saja serangan lama. Pelanggaran HAM, misalnya. Masih saja diungkit-ungkit. Bahkan, Ganjar Pranowo masih saja mempertanyakan persoalan itu dalam debat pertama, kemarin.
Padahal, sudah berjilid-jilid buku menjelaskan soal itu. Bahkan, Prabowo sudah menjelaskan itu sebelum ia tampil lagi ke pentas politik dan mendirikan Partai Gerindra tahun 2008. 2009, ia sudah diminta Megawati sebagai Cawapres.
Seharusnya, Ganjar sudah bertanya lebih dulu kepada Megawati perihal itu. Tapi, tidak. Ganjar perlu bertanya lagi hanya untuk mengingatkan, terutama pada pemilih pemula bahwa Prabowo pernah terkait pelanggaran HAM di masa lalu.
Ya, kira-kira hanya itu. Tak lebih. Syukur-syukur, ia memperoleh limpahan electoral dari pemilih pemula, yang sudah terlanjur terpikat dengan Prabowo-Gibran perihal goyang gemoy, yang menjadi demam tersendiri di kalangan mereka.
Serangan lama lainnya, dan tak kalah basinya, yakni soal emosi. Prabowo ialah seorang yang emosional. Terbaru soal kalimat “ndasmu etik”. Dikutip saat pidato Prabowo di hadapan kader Gerindra se-Indonesia dalam rapat tertutup.
Rapat tertutup, tapi potongan videonya beredar, tangan lasak. Orang cuma mau bilang Prabowo seorang emosional. Dibantah tak terbantah. Itu 1000% bercanda, siapa yang percaya? Tak ada. Sebelumnya menampar dan mencekik Wamen.
Dibantah langsung Presiden Jokowi pun masih saja ngeyel, sulit dibilangin. Bahkan pembelaan Jokowi pula yang dipreteli. Memang, Presiden nggak tahu. Penamparan dan pencekikan itu di luar rapat kabinet. Reaksi Prabowo pun dikuliti.
Jawaban Prabowo terhadap Anies Baswedan dalam debat pertama kemarin, juga dianggap emosional. “Sudahlah mas Anies, kita ini bukan anak kecil…” Juga, saat Prabowo mengungkap ketika Anies ke rumahnya meminta dukungan.
Semua dianggap emosional. Padahal, kata Tim TKN, sebetulnya Prabowo juga mau menyerang Anies soal etika, tapi ditahan. Maka kalimatnya “kita ini bukan anak kecil”. Artinya, tahu sama tahulah. Anda juga tidak hidup di ruang hampa.
Serangan-serangan basi apa lagi tujuannya jika bukan electoral sesaat. Termasuk, Prabowo tak tahan oposisi, meninggalkan pendukung lama, ia enak masuk kabinet, berkhianat pada suara umat, dan lain-lain. Orang lupa konteks waktu.
Prabowo masuk kabinet justru mau mengakhiri pembelahan, menyelamatkan umat. Ini coba dikaburkan. Di Sumbar, agaknya berhasil. 84% suara Prabowo, konon bakal ke Anies. Ondong aia ondong dadak, wak tasorong urang tagalak. Kita termenung, kalah orang tergelak. Entahlah.
Oleh: Erizal