Sabtu, 19 April, 2025

Kirim Tim Khusus untuk Berunding dengan Trump; Presiden Prabowo Lakukan Soft Diplomacy Hadapi Tantangan Global

Bangsa besar tidak boleh tunduk. Indonesia, negeri kaya sumber daya, tak bisa selamanya diposisikan sebagai pihak yang harus menerima ketentuan sepihak dari negara lain, termasuk dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang kembali melancarkan jurus proteksionismenya melalui tarif impor mencekik.

Kebijakan tarif 32% untuk barang dari Indonesia adalah bentuk tekanan ekonomi yang tak bisa dianggap remeh. Ini bukan sekadar angka.

Ini adalah pesan dominasi yang ingin ditegakkan oleh negara adidaya kepada kita. Tapi Indonesia bukan bangsa yang bisa ditekan.

Pemerintah, lewat Menko Polhukam Budi Gunawan, telah dengan tegas menyatakan: kita melawan, dengan diplomasi dan kehormatan.

Tim negosiator yang dipimpin oleh tokoh-tokoh unggulan bangsa — Sugiono, Airlangga, Sri Mulyani, hingga Mari Elka Pangestu — adalah garda depan kita dalam pertarungan ekonomi global ini.

Mereka bukan hanya membawa dokumen perjanjian, tapi juga membawa martabat Indonesia.

Indonesia tidak datang dengan tangan kosong. Kita punya strategi. Kita punya kepentingan.

Kita akan bicarakan keseimbangan dagang secara setara, bukan tunduk pada kepentingan sepihak. Kita bukan pasar tak bernyawa, tapi mitra dagang strategis yang layak dihargai.

Inilah saatnya Indonesia menunjukkan bahwa kita tak sekadar “mengikuti arus global”, tetapi menciptakan arus kita sendiri.

Diplomasi ekonomi bukan sekadar soal impor dan ekspor — ini tentang kedaulatan. Ini tentang masa depan. Dan masa depan itu, harus ditentukan oleh Indonesia sendiri. Merdeka!

Oleh Dede Prandana Putra (Pemerhati Sosial-Politik)

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini