Oleh D. R. Setya Budi
Aktivis PDPR (Pembasisan Demokrasi dan Partisipasi Rakyat)
Anies Baswedan resmi dicalonkan oleh Partai NasDem. Pencalonan Anies tersebut membuat masyarakat bergemuruh menyambut gembira. Berbagai aliansi, gerakan, dan relawan mulai bermunculan mendukung pencalonan Anies menjadi Presiden RI.
Bahkan, dorongan dari masyarakat kepada Anies untuk menggandeng Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) juga banyak bermunculan.
Dukungan masyarakat agar Anies menggandeng AHY ini cukup beralasan. Masyarakat sudah bosan dijadikan objek politik. Masyarakat ingin pasangan yang mereka usung menang, bukan kalah atau hanya sekadar memberi efek ekor jas pada parpol.
Anies-AHY adalah sosok yang saling melengkapi. Baik itu saling melengkapi dalam hal gagasan, maupun saling melengkapi dalam hal elektoral. Begitulah kata banyak pengamat dan lembaga survei.
Selain itu, pasangan Anies-AHY juga dianggap masyarakat sebagai representasi tokoh perubahan. Ya, ketokohan Anies ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta banyak dianggap publik sebagai antitesa rezim. Sedangkan kepemimpinan AHY yang konsisten beroposisi, dirasa dan dinilai masyarakat banyak berpihak kepada kehendak rakyat.
Apalagi kriteria capres-cawapres yang bakal diusung oleh koalisi NasDem-Demokrat-PKS sudah cocok semuanya dengan AHY.
Integritas. Berkaitan erat dengan “hati”, kemampuan untuk melatih hati nurani, termasuk kejujuran, ketulusan, dan dedikasi. Integritas dibangun di atas tiga elemen kunci, yakni nilai kepemimpinan, koherensi, dan komitmen. Dan semua itu ada pada AHY.
Kapabilitas. Menyoal kapabilitas AHY tidak usah diragukan lagi. Peraih Adhi Makayasa, lulusan Harvard, mampu menghalau “jenderal” yang mencoba membegal Partai Demokrat. Terakhir, dalam survei terakhir, Polmatrix menyebut elektabilitas Demokrat berhasil menyerobot posisi dua menggeser Gerindra.
Elektabilitas. Sosok AHY memang fenomenal. Sering dianggap terlalu muda dan kurang berpengalaman, tapi faktanya AHY merupakan ketua umum partai politik dengan elektabilitas ke dua tertinggi. Bahkan di antara nama-nama yang digadang-gadang akan mendampingi Anies, secara analisa berbagai survei, hanya AHY yang dianggap berpotensi menambah pundi-pundi suara bagi kemenangan Anies.
Chemistry. Soal chemistry, Anies-AHY bukan dua nama yang dipaksa kawin karena momen politik. Kedekatan Anies-AHY sudah terjalin sejak lama. Terjalin sejak Anies masih menjadi akademisi di Paramadina dan AHY yang kala itu masih menjadi TNI. Dalam perjalanannya, ketika AHY dipercaya menakhodai Demokrat dan Anies yang menjadi Gubernur DKI Jakarta, beberapa kali pertemuan juga dilakukan kedua sahabat ini.
Memperjuangkan perubahan dan perbaikan. Sejak awal menakhodai Partai Demokrat, AHY secara konsisten menyatakan keberpihakannya kepada rakyat. Melalui instruksinya, AHY menyerukan kader-kader Demokrat untuk turun langsung membantu masyarakat yang terdampak pandemi. Selain itu, Partai Demokrat juga konsisten menyerukan suara-suara rakyat melalui ruang-ruang publik dan juga parlemen.
Dari hal di atas, bagi rakyat tak ada alasan bagi parpol menolak pasangan Anies-AHY. Jika benar-benar parpol modern, tentu analisa survei yang menyebut potensi pasangan Anies-AHY menang tak dapat dibantah. Jika benar-benar parpol yang katanya memperjuangkan suara rakyat, sudah waktunya menjawab harapan rakyat dengan mengusung Anies-AHY.