TajukNasional Kasus perundungan di SMA Binus Simprug kembali mengingatkan kita akan pentingnya pendidikan karakter di kalangan remaja. Menyikapi fenomena ini, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf, menggarisbawahi bahwa kolaborasi antara orang tua, guru, dan pihak sekolah sangat penting dalam membentuk karakter siswa. Dalam keterangannya, Dede menekankan bahwa perundungan adalah isu serius yang memerlukan perhatian lebih dalam upaya pencegahannya.
“Pendidikan karakter tidak hanya tanggung jawab satu pihak, melainkan harus melibatkan semua elemen terkait,” ujar Dede dalam rilisnya pada Selasa (24/9) di Jakarta.
Menurutnya, kegiatan ekstra kurikuler yang melibatkan siswa dalam aktivitas positif dapat membantu menumbuhkan karakter dan mengurangi kemungkinan perilaku negatif seperti bullying.
Dede juga mengusulkan agar pemerintah memperbanyak program dan acara yang melibatkan anak remaja. “Kegiatan seperti Pramuka perlu dihidupkan kembali dengan fokus pada aktivitas luar ruangan yang lebih dari sekadar seremonial. Hal ini penting untuk membangun karakter dan menyalurkan energi positif siswa,” jelasnya. Ia menekankan bahwa aktivitas fisik dan kegiatan di luar ruangan sangat diperlukan untuk perkembangan psikologis dan sosial anak.
Lebih lanjut, Dede menjelaskan bahwa pemerintah memiliki berbagai anggaran pendidikan yang tersebar di berbagai kementerian, termasuk Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta Kementerian Agama. Namun, ia mencatat bahwa anggaran tersebut sering kali digunakan untuk acara internal yang kurang berdampak pada masyarakat luas. “Yang dibutuhkan adalah pemanfaatan anggaran untuk kegiatan yang langsung berhubungan dengan masyarakat, bukan sekadar festival-festival internal,” tegasnya.
Komisi X menginginkan adanya peningkatan aktivitas kepemudaan yang dapat memberikan ruang bagi siswa untuk berkompetisi dan mengekspresikan diri. “Dulu, turnamen antarsekolah sangat sering diadakan. Ini bukan hanya untuk atlet berprestasi, tetapi juga untuk semua siswa. Kami mendorong agar anggaran kementerian dapat digunakan untuk memperbanyak kegiatan seperti ini,” imbuh Dede.
Dede juga menyoroti pentingnya menyediakan ruang terbuka publik bagi anak-anak dan remaja. Dengan semakin berkurangnya ruang terbuka, anak-anak sulit menemukan tempat untuk berkumpul dan berinteraksi. “Taman-taman sering kali dijadikan pusat perbelanjaan atau perumahan, sehingga kurang ada tempat bagi anak-anak untuk beraktivitas. Kami berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan penyediaan ruang publik yang mendukung tumbuh kembang anak,” tutupnya.
Dengan mengedepankan pendidikan karakter dan memfasilitasi kegiatan positif, diharapkan perundungan di sekolah dapat diminimalisir, dan generasi muda dapat tumbuh menjadi individu yang lebih baik dan berdaya.