TajukPolitik – Pengamat politik yang juga seorang ekonom, Ichsanuddin Noorsy membandingkan para loyalis Presiden Jokowi dengan para penyembah berhala.
Menurutnya ini karena banyak pendukung presiden yang tidak menggunakan logika semestinya namun malah auto logika. Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi Ichsanuddin Noorsy yang berinteraksi sekedar ngobrol dan berdebat dengan kelompok pemuja Jokowi.
“Saya ingat salah satu teori tentang perilaku religius orang-orang pagan (penyembah berhala). Mereka menyembah benda-benda, atau makhluk-makhluk seperti hewan dan tumbuhan, bukan karena akal tapi mereka yakin bahwa yang disembah itu mampu memberikan kebaikan,” tulisnya seperti dilansir dari Youtube Channel Refly Harun, yang dikutip tajuknasional.com, Rabu (23/11).
Kata Ichsanuddin, jika dipikir dengan akal, maka mereka tahu bahwa benda dan makhluk yang disembah itu tidak logis dapat memberikan kebaikan kepada mereka.
“Namun mengapa terus disembah?” tanya dia
“Pakar psikologi agama mengatakan, justru karena tidak logis itulah maka berhala-berhala itu disembah. Para penyembah berhala itu disebut sebagai orang-orang yang “mabuk keajaiban” tambah Ichsanuddin.
Ia mengatakan, hal itu masuk akal karena mereka adalah orang-orang yang menyukai keajaiban secara berlebihan.
“Sebagai contoh, untuk menjelaskan keajaiban yang dimaksud: para penyembah berhala itu tahu, kalau ingin kaya, mereka harus bekerja dengan rajin. Jadilah pedagang atau jadilah pegawai. Namun itu rasional, bukan keajaiban,” katanya.
Dari analisisnya, dinamika psikologis inilah yang bekerja dalam otak kelompok pendukung (petahana) atau Presiden Jokowi tersebut.
“Semakin ditunjukkan bahwa petahana memiliki kekurangan-kekurangan dan tidak logis kalau beliau dapat memperbaiki Indonesia, semakin mereka bersemangat mendukung petahana,” kata dia.
Para pendukung jenis ini ungkap dia, akan semakin khusyuk membela petahana justru ketika ada bukti kekurangan presiden.
“Bagi mereka, dunia ini berjalan tak logis dan semuanya bertentangan. Dengan kondisi hutang melambung tinggi, BUMN merugi, nilai tukar rupiah yang cenderung melemah, harga-harga naik, dan kepercayaan terhadap pemerintah menurun, masih ada pemuja-pemuja yang percaya bahwa petahana mampu membalikkan keadaan,” tukas Ichsanuddin.