TajukNasional Menteri PU (Pekerjaan Umum), Dody Hanggodo, menegaskan pentingnya peremajaan Bendungan Perjaya di Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), Sumatera Selatan, demi mendukung ketahanan pangan nasional. Bendungan yang telah beroperasi selama 29 tahun ini memiliki peran besar dalam mengalirkan air ke jaringan irigasi utama, sekunder, dan tersier yang mendukung sektor pertanian di Sumsel dan sekitarnya.
“Peremajaan bendungan ini bertujuan agar fungsi irigasi tetap optimal untuk mendukung swasembada pangan, terutama di Sumsel dan Lampung,” ujar Dody pada Kamis (31/104) usai meninjau Bendungan Perjaya.
Bendungan Perjaya hingga kini masih berfungsi baik meski usianya hampir tiga dekade. Dody mengapresiasi keandalan bendungan ini, yang mampu mengalirkan air tanpa bantuan pompa, hanya dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Namun, ia juga menekankan pentingnya pembaruan, khususnya pada pintu air dan sistem kelistrikan, agar bendungan dapat beroperasi lebih efisien di masa depan.
Di wilayah Sumatera Selatan, Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera III saat ini juga sedang melakukan rehabilitasi saluran irigasi di wilayah OKU Timur dan Bahuga, Lampung. Selain itu, pemerintah merencanakan pengembangan irigasi yang lebih luas tidak hanya di Sumsel, tetapi juga di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua guna meningkatkan produksi pangan.
“Pengembangan irigasi ini kami upayakan di berbagai daerah agar swasembada pangan bisa tercapai, tidak hanya di Sumsel tapi juga di daerah lain,” tambah Dody.
Selain peremajaan Bendungan Perjaya, Sumatera Selatan juga tengah melaksanakan pembangunan Bendungan Tiga Dihaji di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS), yang diproyeksikan menjadi bendungan terbesar di Sumsel. Saat ini, pembangunan telah mencapai sekitar 66% dan diperkirakan selesai pada tahun 2026.
Pembangunan Bendungan Tiga Dihaji ini, menurut Dody, merupakan proyek yang menantang karena lokasinya berada di daerah dengan elevasi tinggi. Namun, bendungan ini akan memberikan manfaat besar bagi daerah sekitarnya, terutama dalam meningkatkan indeks tanam. Dengan adanya bendungan ini, indeks tanam yang sebelumnya berada pada angka 1,78 diharapkan meningkat hingga 2,8–3,8, yang berarti petani dapat meningkatkan frekuensi penanaman dan hasil produksi pangan.
“Bendungan Tiga Dihaji juga akan mengurangi ketergantungan pada pompa untuk irigasi, dengan cara alami air akan mengalir ke lahan pertanian, seperti pada Bendungan Perjaya. Selain itu, bendungan ini akan menghasilkan listrik tenaga air (PLTA) dengan kapasitas hingga 40 MW,” jelasnya.
Dody menggarisbawahi pentingnya sinergi dengan Kementerian Pertanian serta instansi terkait untuk memastikan bahwa keberadaan bendungan-bendungan ini benar-benar efektif dalam mendukung swasembada pangan nasional. Semua langkah ini, kata Dody, akan semakin memperkuat ketahanan pangan nasional dan memaksimalkan potensi pertanian di berbagai daerah.
“Kami akan terus berkoordinasi dengan Menteri Pertanian dan pihak-pihak terkait untuk menjadikan proyek ini bermanfaat optimal bagi masyarakat, karena sinergi dari semua pihak adalah kunci untuk mencapai swasembada pangan,” tutup Dody.
Dengan peremajaan dan pengembangan infrastruktur bendungan dan irigasi, Sumatera Selatan berupaya meningkatkan produksi pangan dan menjaga ketahanan pangan jangka panjang bagi Indonesia.