Senin, 10 Maret, 2025

Kerusuhan Morowali Puncak Letusan Ketidakadilan Industri Tambang, Said Didu: Terlalu Banyak ‘Karpet Merah’

TajukPolitik – Mantan Sekretaris Kementrian BUMN, Muhammad Said Didu menyatakan kerusuhan antarpekerja di PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI), Morowali Utara, merupakan puncak letusan dari ketidakadilan yang berlangsung di industri tambang.

Menurut dia, ketidakadilan yang dialami oleh pekerja industri tambang telah terjadi selama berangsur-angsur. Sedangkan tingkat ketidakadilannya itu sendiri terbilang cukup tinggi.

“Kerusuhan di sana [Morowali], saya tidak yakin itu bisa dihentikan, karena itu adalah api dalam sekam karena ketidakadilan yang sangat tinggi,” kata dia, dikutip tajuknasional.com dari kanal Youtube MSD, Rabu (1//2).

Ketidakadilan yang berlangsung mulai berlangsung dari titik pusat. Kebijakan pusat membuat pengusaha asing terbebas dari pajak sehingga banyak mesin-mesin dari negaranya yang masuk tanpa diaudit.

Tak hanya mesin, mereka juga bebas memasukkan tenaga kerja asing (TKA) ke industri tambang dalam negeri. Minimnya pengawasan terhadap masuknya TKA membuat tenaga kerja Indonesia (TKI) makin terpinggirkan.

“Misalnya, ketika mereka membutuhkan insinyur. Apakah tidak ada insinyur dari Indonesia yang mampu mengerjakannya? Baru TKA diizinkan masuk,” ujar dia.

Terlebih, pemerintah pusat juga menghapus kebijakan wajib berbahasa Indonesia. Alih-alih TKA yang menyesuaikan diri dengan kultur Indonesia, Said melihat justru TKI yang dipaksa untuk beradaptasi dengan kultur asing.

“Terlalu banyak ‘karpet merah’. Mulai dari ‘karpet merah’ aturan investasi, ‘karpet merah’ tenaga kerja, ‘karpet merah’ perlakuan kepada orang asing. Menurut saya, ini membikin sakit hati kita semua,” ungkap Said.

Seperti diketahui kerusuhan Morowali anatara pekerja lokal dan TKA China menimbulkan korban jiwa tiga nyawa melayang. Namun baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah kompak membela TKA China dan menyalahkan pekerja lokal sebagai biang kerok kerusuhan tersebut.

Mereka hanya melihat tenaga kerja lokal menyerang TKA China tanpa melihat sebab pemicu dari penyerangan tersebut dari ketidakadilan. TKA China yang memiliki skil sama dengan pekerja lokal menerima gaji jauh lebih besar dari pekerja lokal.

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini