TajukNasional Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Demokrat, Herman Khaeron, menerima penghargaan bergengsi untuk bukunya yang berjudul Pangan: Perspektif Sistem, Diversifikasi, Kedaulatan, dan Peradaban Indonesia. Buku tersebut diakui sebagai salah satu karya terbaik tahun 2024 dalam kategori ketahanan pangan oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas). Penghargaan itu diserahkan pada acara yang digelar di Gedung Perpusnas, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (18/9).
Buku karya Herman Khaeron ini menjadi salah satu dari enam buku yang terpilih sebagai karya unggulan dalam bidang ketahanan pangan. Herman menyebut bahwa buku tersebut merupakan hasil dari penelitian yang ia lakukan selama menyelesaikan program doktoral (S3).
“Alhamdulillah, buku pertama hasil penelitian saya ini mendapat penghargaan sebagai buku terbaik tahun 2024 dari Perpustakaan Nasional,” ujar Herman dengan bangga di lokasi acara.
Dalam penjelasannya, Herman mengungkapkan bahwa pengalaman delapan tahun sebagai pimpinan Komisi IV DPR dan latar belakang studinya di bidang Ilmu Pertanian Universitas Padjadjaran menjadi dasar kuat untuk menulis buku ini. Fokus utama buku tersebut adalah strategi membangun efektivitas pertanian di Indonesia, sejalan dengan amanah dari Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
“Undang-Undang ini menegaskan bahwa pangan merupakan bagian dari pemenuhan hak asasi manusia (HAM). Pangan harus tersedia dalam jumlah yang cukup, beragam, bergizi, dan seimbang untuk seluruh rakyat Indonesia,” tegas Herman.
Herman juga menekankan pentingnya ide, gagasan, serta strategi untuk mewujudkan kedaulatan dan kemandirian pangan, terutama di tengah tantangan serius seperti perubahan iklim.
“Perubahan iklim menjadi ancaman besar bagi ketahanan pangan. Oleh karena itu, dalam buku ini saya mencoba mengkaji kembali sejarah dan strategi ketahanan pangan Indonesia,” ucapnya.
Lebih lanjut, Ketua DPP Partai Demokrat ini menjelaskan bahwa bukunya mengangkat konsep diversifikasi pangan—mengurangi ketergantungan terhadap beras sebagai sumber utama karbohidrat. Dalam pandangannya, Indonesia harus mengembangkan komoditas lain seperti singkong, sagu, jagung, dan sorgum.
“Strategi utama yang dibahas dalam buku ini meliputi intensifikasi pertanian, ekstensifikasi atau perluasan lahan, serta diversifikasi pangan. Ini adalah langkah penting untuk menghadapi perubahan iklim dan menjaga ketahanan pangan,” jelas Herman.
Ia juga menyoroti perkembangan alternatif pangan seperti beras analog yang semakin populer di masyarakat. Menurut Herman, pengembangan komoditas seperti porang dapat menjadi solusi untuk menyediakan karbohidrat yang lebih sehat bagi masyarakat.
“Berbagai inovasi seperti beras analog dan beras porang yang sehat, bernilai ekonomi tinggi, serta digandrungi masyarakat merupakan contoh bahwa diversifikasi pangan bisa menjadi jalan keluar dari ketergantungan terhadap beras,” ungkapnya.
Penghargaan yang diterima Herman Khaeron ini menjadi pengakuan atas kontribusinya dalam bidang pangan dan ketahanan, sekaligus memberikan inspirasi bagi upaya-upaya lebih lanjut dalam mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia.