TajukPolitik – Presiden Joko Widodo (Jokowi) turun tangan meyakinkan para investor untuk berinvestasi pada pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Hal tersebut dibuktikan dengan dirinya yang berhadapan langsung dengan para investor agar tidak ragu untuk menanamkan modalnya di ibu kota baru yang berlokasi di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
“Bapak ibu bisa pilih, mau di mana? Bisa pilih. Mau di mana, mau investasi di sebelah mana, mau di kawasan inti? Ya harganya beda. Saya sampaikan, ini adalah kesempatan, ini adalah kesempatan pertama dan kesempatan emas, yang tidak akan terulang lagi,” kata Jokowi.
Gaya kampanye promosi IKN Presiden Jokowi ini mengingatkan kita dengan iklan-iklan properti tempo dulu. Jargon “Senin harga naik” mungkin sudah tidak asing lagi dalam penjualan properti. Tujuannya adalah agar konsumen segera membeli properti tersebut karena khawatir apabila harga properti yang diincarnya benar-benar naik.
“Feni Rose ada saingan. Jiwa marketing nya begitu kuat & didiskon besar besaran pula,” tulis politisi Partai Demokrat, Cipta Panca Laksana, di akun twitternya.
Namun kampanye promosi seperti ini sudah tidak lagi terdengar bahkan tidak lagi digunakan. Menurut Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia, Panangian Simanungkalit mengatakan bahwa strategi penjualan dengan menggunakan gaya kampanye promosi tersebut sudah tidak menarik lagi.
Swasta Ogah Investasi Jika Masih Hutan
Pengamat menilai jika promosi yang dilakukan harus diimbangi dengan percepatan pengerjaan proyek. Sebab, jika wilayahnya masih didominasi hutan maka investor pun enggan masuk ke IKN.
“Kalau sekarang itu masih bentuknya masih hutan, diyakinkan berulang-ulang juga orang masih nunggu juga. Jadi menurut saya pemerintah confident aja dengan IKN,” ujar Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah, Senin (24/10).
“Swasta itu kan baru masuk setelah pemerintah telah menyelesaikan tahapan awal dari pembangunan IKN. Tahapan awal IKN itu kan pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan, kemudian sudah mulai membangun gedung-gedung pemerintahan, istana presiden, istana wakil presiden, gedung kementerian,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad berpendapat investor masih melakukan wait and see. Investor menunggu kepastian target pasar di IKN. Jika kepastian tidak didapatkan ada kemungkinan mereka akan mundur.
“Kalau kepastian dalam setelah 2024, misalnya PNS nggak masuk-masuk ke sana. Ya sudah Swasta akan mundur,” ungkapnya.
Tauhid memprediksi, investor lokal bakal mendominasi ketimbang investor global. Pertimbangannya adalah pengetahuan dari sisi market yang lebih dikuasai investor lokal.
“Paling yang muncul pelaku lokal, karena udah tahu marketnya. Ketimbang pemain-pemain baru, mereka nggak tau mau bangun gimana agar costnya rendah. Jangan harap pelaku global masuk lah,” pungkasnya.
(dcn)