TajukPolitik – Tantangan dunia ke depan akan semakin berat. Ancaman perang hingga krisis energi dan perubahan iklim telah siap mengadang di depan mata.
Demikian pokok uraian Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di hadapan para mantan pemimpin negara dunia saat mendapat kesempatan berbicara di hadapan sejumlah tokoh dunia dalam acara Club de Madrid sesi VI di Bertelsmann Representation, Unter den Linden, Berlin, Jerman.
Menurutnya, spektrum ancaman terbilang luas, mulai dari perang di Ukraina, geopolitik dan keamanan internasional, krisis energi, perubahan iklim, komitmen net-zero, krisis pangan global, krisis utang, hingga peran lembaga multilateral yang semakin berkurang. AHY mengingatkan bahwa tidak ada cara ajaib untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Hanya saja, putra pertama Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini memiliki tiga catatan penting untuk bisa menjadi bekal diri dalam mencegah krisis terjadi di masa depan. Pertama, tidak boleh menunggu sampai krisis dimulai untuk bisa melakukan sesuatu.
“Di dunia yang penuh ketidakpastian, pencegahan, dan kesiapsiagaan akan menjadi semakin penting,” katanya sebagaimana keterangan tertulis yang diterima tajuknasional.com, Rabu (2/11)
Hanya saja, AHY memiliki tiga catatan penting untuk bisa menjadi bekal diri dalam mencegah krisis terjadi di masa depan. Pertama, tidak boleh menunggu sampai krisis dimulai untuk bisa melakukan sesuatu.
“Di dunia yang penuh ketidakpastian, pencegahan, dan kesiapsiagaan akan menjadi semakin penting,” katanya sebagaimana keterangan tertulis yang diterima wartawan, Rabu (2/11)
Kedua, kata AHY, adalah tidak bisa mengandalkan teknologi semata untuk mencegah terjadinya krisis, Namun, harus adanya faktor manusia, seperti kepemimpinan dan karakter pemimpin, akan menjadi faktor penentu.
“Manusia lah yang harus membuat pilihan sulit untuk mengakhiri perang dan konflik, mengutamakan agenda iklim, beralih ke energi terbarukan, mereformasi bisnis dan pemerintahan, dan lain sebagainya,” ucapnya.
Ketiga, lanjut AHY, semua negara dan aktor global perlu sepenuhnya beradaptasi dengan dinamika global. Pertukaran ide, kolaborasi dan kemitraan perlu lebih ditingkatkan.
“Kita tidak membutuhkan institusi atau lanskap global yang sama sekali baru. Kita hanya perlu menimbang kembali urgensi untuk bekerja sama, menempatkan perspektif baru di mana semua aktor global, aktor negara dan non-negara, dapat bersatu dalam menjalankan tujuan bersama dalam mengatasi tantangan global,” katanya.
Hadir dalam forum diskusi tersebut antara lain, Danilo Türk President of CdM and President of Slovenia (2007-2012), Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, President of Bolivia (2001-2002) Jorge Fernando Quiroga, President of Mexico Felipe Calderón (2006-2012), President of Poland (1995 – 2005) Aleksander Kwaśniewski, dan President of Mali (2014-2015) Moussa Mara. Sementara hadir secara virtual Prime Minister of the United Kingdom (2007-2010) Gordon Brown.