TajukPolitik – Pengamat politik sekaligus akademisi, Rocky Gerung kembali melontarkan kritik tajam pada Presiden Joko Widodo alias Jokowi lantaran masih terus melakukan endorsement terhadap capres dan cawapres yang mau berkontestasi dalam Pilpres 2024.
Hal itu disebabkan karena Jokowi kerap cawe-cawe atau ikut turun tangan soal calon presiden (capres) di Pemilu 2024.
Rocky Gerung menilai kalau kekuatan Jokowi saat ini sudah berkurang. Akan tetapi justru pria asal Solo itu seolah masih ingin mengatur negara.
“Endorsement power beliau selesai, tetapi di kepalanya itu dia masih ingin mengatur,” katanya dalam video YouTube Rocky Gerung Official, dikutip Senin (15/5/2023).
“Itu namanya delusi,” sambung dia.
Tak hanya itu, Rocky Gerung menyarankan agar Jokowi segera diperiksa oleh tim kedokteran jiwa.
“Ini mesti ada tim kedokteran jiwa yang memeriksa. Kok bisa ya ada soal yang semacam ini di Indonesia tuh,” pungkasnya.
Kritikan Rocky Gerung ini bermula saat Presiden Jokowi menyampaikan pidato politiknya di acara Musyawarah Rakyat (Musra). Di sana ia menerima tiga nama capres yang akan dipersiapkan di Pemilu 2024 mendatang.
Presiden Jokowi, selama menjabat dua periode sebagai orang nomor satu di Indonesia dianggap tidak memiliki cukup ‘warisan’ yang dapat membuatnya sebagai ‘king maker’ terutama saat Pilpres 2024.
“Kalau Pak Jokowi lengser, enggak jelas apa yang boleh mau diwariskan. Kan jadi pelajaran-pelajaran sejarah menunjukkan pemimpin kendati dia kontroversi dia akan diingat kalau punya legacy. Sedangkan presiden kita ini berbeda,” terang Rocky melansir dari youtube channel Rocky Gerung Official, Selasa (16/05).
“Pak Jokowi lengser, enggak jelas apa yang boleh atau mau diwariskan kan?” tanyanya lagi.
Jadi itu sebetulnya menurut Rocky, hal itulah yang disebut sebagai paradoks dari demokrasi. Ada pergantian kekuasaan dalam satu rangkaian kekuasan.
“Artinya ada giliran yang kita sebut suksesi tetapi setiap suksesi, dia akan mengingat siapa yang yang sebelumnya menjadi pemimpin,” kata Rocky.
Ia juga menambahkan, jika Jokowi digantikan oleh Prabowo agak susah untuk membayangkan.
“Oke kita akan ingat ini bagian dari Pak Jokowi yang nanti diteruskan Pak Prabowo. Mungkin Pak Prabowo buat sementara mengatakan ‘Oke saya dapat endorsement tapi arah kebijakan saya pasti berbeda tuh’,” jelas Rocky.
“Demikian juga kalau Anies (yang menang) atau bahkan Ganjar sama aja tuh,” tambahnya.
“Jadi ketika pemimpin itu lengser orang udah nangkap sinyal dia akan lengser dan ditempatkan di singgasana yang mulia tapi keadaan ini sudah susah kita bayangkan pada Jokowi,” tutupnya.