Baca juga: Wapres Gibran Sebut Soeharto Layak Dapat Gelar Pahlawan Nasional
5. Hajjah Rahmah El Yunusiyah (Sumatera Barat) Mengutip situs Kementerian Agama (Kemenag) RI, Rahmah El Yunusiyah yang lahir pada tahun 1900 merupakan pendiri Perguruan Diniyah Putri. Rahmah menggagas lahirnya madrasah Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang pada 1 November 1923 dilatarbelakangi cita-cita dan kepedulian untuk mengangkat harkat dan derajat kaum perempuan.
Di masa revolusi mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, Rahmah terjun ke medan perjuangan fisik. Ia menjadi Bundo Kanduang dari barisan Sabilillah dan Hizbullah di Sumatera Barat.
Dalam masa revolusi kemerdekaan, Perguruan Diniyah Putri memberikan andil perjuangan dengan sarana yang dimilikinya untuk mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa. Rektor Universitas Al-Azhar Cairo Dr. Syekh Abdurrahman Taj di tahun 1955 mengunjungi Indonesia dan meninjau Diniyah Putri Padang Panjang. Pemimpin tertinggi Al-Azhar itu terkesan dengan pendidikan Diniyah Putri.
Di Mesir, belum ada sekolah khusus untuk perempuan. Rahmah diundang ke Universitas Al-Azhar untuk membentangkan pengalamannya membangun pendidikan Islam di Indonesia. Pemimpin Diniyah Putri Rahmah El Yunusiyah adalah ulama perempuan pertama yang dianugerahi gelar kehormatan “Syaikhah” dari Universitas Al-Azhar Cairo.
Sistem dan pola pendidikan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang menginspirasi Universitas Al-Azhar hingga mendirikan Kulliyatul Banat yakni fakultas khusus untuk perempuan.
Pada tahun 1958, untuk pertama kali alumni Diniyah Putri mendapat beasiswa melanjutkan studi ke Universitas Al-Azhar Cairo, antara lain Isnaniyah Saleh dan Zakiah Daradjat. Pahlawan pendidikan Islam itu meninggal pada malam takbiran Hari Raya Idul Adha tanggal 26 Februari 1969 di Padang Panjang. Rumah kediamannya sekarang menjadi Museum Rahmah El Yunusiyah.
6. Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo (Jawa Tengah)
Mengutip dari situs Partai Demokrat, Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo merupakan tokoh militer Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Komandan Resimen Komando Angkatan Darat atau RPKAD (sekarang Kopassus) di tahun 1965 dan Gubernur Akademi Militer di tahun 1970.
Sarwo Edhie Wibowo merupakan ayah dari Ani Yudhoyono (istri Susilo Bambang Yudhoyono) sekaligus kakek dari Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono.
Baca juga: Daftar 40 Tokoh yang Diusulkan Diberi Gelar Pahlawan Nasional, Ada Gus Dur dan Soeharto
7. Sultan Muhammad Salahuddin (NTB)
Mengutip dari situs UIN Alauddin Makassar, Sultan Muhammad Salahuddin (1888-1951 M) merupakan sultan Bima ke-XIV yang memerintah sekitar tahun 1915 sampai 1951. Ia dikenal dengan perjuangannya menentang penjajahan Belanda di Bima.
Sultan Muhammad Salahuddin merupakan sosok pemimpin yang bijaksana, pejuang kemerdekaan, dan teladan bagi generasi bangsa.
8. Syaikhona Muhammad Kholil (Jawa Timur)
Mengutip situs NU Online, Syaikhona Muhammad Kholil (1820-1925 M),dikenal sebagai guru dari banyak ulama besar, termasuk pendiri Nahdlatul Ulama KH. Muhammad Hasyim Asy’ari. Sebelum berangkat ke Makkah, beliau menguasai seperangkat ilmu Islam, seperti Nahwu dan gramatika bahasa, hafal Al-Qur’an, dan sebagainya.
Saat di Makkah, Syaikhona mendalami qira’at sab’ah (Al-Qur’an dengan tujuh macam bacaan). Tak ada yang meragukan kharisma dan konstribusinya di dunia pesantren, terlebih untuk Indonesia. Sebab beliau ikut andil melahirkan tokoh-tokoh ulama yang juga pahlawan nasional, seperti Hadratussyekh KH M. Hasyim Asy’ari, KHR As’ad Syamsul Arifin, KH Abdul Wahab Chasbullah.
9. Tuan Rondahaim Saragih (Sumatera Utara)
Mengutip situs Diskominfo Provinsi Sumatera Utara, Tuan Rondahaim Saragih Garingging atau Tuan Rondahaim merupakan sosok pejuang asal Kerajaan Raya, Simalungun, Sumatera Utara (dahulu Pantai Timur Sumatera). Masa perjuangannya terentang dari 1880 hingga 1891.
Awal keterlibatannya dalam perang melawan kolonialisme Belanda, adalah ketika mengetahui pemerintah Belanda membuka perkebunan secara sepihak di wilayah yang dihuni orang Simalungun. Ketatnya pertahanan yang digalang Tuan Rondahaim serta tangguhnya pasukan Raya, membuat Belanda memutuskan untuk mengundurkan diri dari usaha menundukkan raja-raja Simalungun.
Tuan Rondahaim pun berhasil mengamankan wilayahnya sampai dengan akhir hayatnya. Ia wafat pada tahun 1891.
10. Zainal Abidin Syah (Maluku Utara)
Melansir situs DPR RI, Sultan Zainal Abidin Syah lahir di Soa-Sio, Tidore, pada 15 Agustus 1912. Ia diangkat menjadi Gubernur Irian Barat pertama (sekarang Papua dan Papua Barat) yang menjabat pada tahun 1956-1961.



