Tajukpolitik – Direktur Eksekutif Indonesian Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menyebut jika bakal calon presiden (Bacapres) yang diusung PDIP, Ganjar Pranowo kehilangan ketokohan.
Menurut Dedi, sosok Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden Jokowi yang justru paling tampak dan terlibat.
“Ganjar kehilangan wibawa ketokohan dalam proses pengusungannya karena terlalu dalamnya keterlibatan Jokowi dalam menentukan pencapresan Ganjar sehingga Ganjar hanya dianggap sebatas wayang, tidak memiliki keputusan kecuali hanya patuh dan tunduk pada instruksi Jokowi atau Megawati,” jelas Dedi, Senin (22/5).
Karena itu, Dedi menilai kehilangan tokoh kewibawaan ini yang memungkinkan jadi alasan relawan Jokowi tidak mendukung Ganjar, justru mendukung Prabowo.
Manuver yang dilakukan relawan Jokowi ini terbaru dilakukan oleh Relawan Joko Widodo (Jokowi) dan Gibran Rakabuming di Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim) menyusul relawan Jokowi Mania yang lebih awal meninggalkan Ganjar.
“Ada dua hal memungkinkan sedang terjadi, pertama: relawan Jokowi tidak terakomodasi oleh PDIP dalam pengusungan Ganjar, atau Ganjar kehilangan wibawa ketokohan dalam proses pengusungannya,” ungkap Dedi.
Dedi melanjutkan hal ini berbeda dengan Anies Baswedan yang didukung koalisi KPP, yakni Nasden, PKS, dan Demokrat. Meski diusung koalisi yang terhitung masih baru, ketiga partai ini memberikan keleluasaan kepada Anies untuk menjaga ketokohannya.
“Faktanya Anies tetap mandiri dan ketokohannya terjaga. Hal ini misalnya ia diberi keleluasaan menentukan cawapres, termasuk secara langsung mengendalikan tim kecil koalisi, bahkan tidak ada ketua umum partai yang dikesankan mendikte Anies,” jelas Dedi.
Kondisi tersebut, kata dia, berbeda dengan Ganjar yang sejak awal dideklarasikan sebagai petugas partai oleh PDIP sebagai partai pengusungnya.
“Berbeda dengan Ganjar yang sejak semua dideklarasikan sebagai petugas partai, dan lebih buruk lagi, semua ditentukan oleh Megawati dan Jokowi,” pungkas Dedi.