Tajukpolitik – Bendahara Umum Pro Jokowi (Projo), Panel Barus, menilai bahwa PDIP berupaya memisahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Menurutnya, strategi ini terlihat dari rekomendasi internal dan eksternal, serta pidato Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam Rakernas V yang digelar akhir pekan lalu.
“Ada strategi belah bambu. Tapi saya yakin upaya itu akan gagal karena Pak Prabowo dan Pak Jokowi ini solid. Mereka berdua punya misi yang sama untuk masa depan Indonesia, bukan cerita masa lalu,” ujar Panel, Selasa (28/5).
Panel juga menyoroti upaya PDIP mendegradasi pemerintahan Prabowo dengan menghidupkan narasi kecurangan Pemilu 2024 yang terstruktur, sistematis, dan masif.
Meskipun Projo tidak mempermasalahkan sikap yang disampaikan PDIP dalam Rakernas, mereka meminta PDIP untuk tidak menjadi oposisi yang setengah hati.
Rakernas PDIP belum menyampaikan sikap politik terhadap pemerintahan Presiden terpilih Prabowo yang akan dimulai pada 20 Oktober 2024.
Dalam rekomendasi eksternal, kader PDIP menyerahkan keputusan tersebut sepenuhnya kepada Megawati.
Jokowi, yang sebelumnya merupakan kader PDIP, tidak diundang dalam Rakernas. PDIP juga sudah tidak menganggap Jokowi sebagai kader akibat perpecahan dalam Pilpres 2024.
Nama Jokowi disinggung dalam Rakernas saat Megawati menanyakan siapa yang harus disalahkan atas kondisi Mahkamah Konstitusi (MK) saat ini.
Megawati berulang kali mengkritik kebijakan pemerintah, seperti soal mahalnya Uang Kuliah Tunggal dan izin kebijakan impor.
Megawati juga menyinggung dugaan intervensi penguasa dalam putusan MK mengenai ambang batas pendaftaran kandidat pilpres, yang memungkinkan Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden Prabowo. Saat itu, MK dipimpin oleh Anwar Usman, ipar Jokowi dan paman Gibran.
Dengan demikian, Projo berharap agar PDIP lebih konsisten dan transparan dalam sikap politiknya, serta menghindari strategi yang dapat memecah belah koalisi yang ada demi masa depan Indonesia yang lebih baik.