Tajukpolitik – Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, mengungkapkan alasan elektabilitas Ganjar-Mahfud terus merosot dikarenakan massif membangun narasi menyerang Presiden Joko Widodo hingga pasangan nomor urut2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Hal itu ia ungkapkan menanggapi elektabilitas Ganjar-Mahfud yang terus merosot hingga memasuki H-42 menjelang Pilpres 2024 pada 14 Februari mendatang.
“Kubu Ganjar ini menyerang Jokowi, nyerang Prabowo-Gibran. Selalu menyerang, offensif lah tim mereka ini,” ujar Ujang, Selasa (2/1).
Ujang menganalisa di tengah posisi politik Ganjar-Mahfud yang belum jelas ke mana, ditambah kerap menyerang Jokowi dan Prabowo-Gibran, maka hal yang wajar pasangan yang diusung PDIP, PPP, Hanura, dan Perindo itu kurang diminati rakyat.
“Slogannya enggak jelas, antara perubahan dan keberlanjutan, ditambah nyerang Jokowi. Sementara, kader PDIP banyak juga pendukungnya Jokowi, yang tentu kelihatannya tidak terlalu suka dengan cara offensif itu,” kata Ujang.
Lanjutnya, Ganjar-Mahfud dan timnya perlu mengetahui dengan seksama, tingkat kepuasan terhadap Jokowi saat ini masih tinggi. Maka, menyerang Jokowi bukanlah cara tepat untuk memainkan catur politik dalam pertarungan Pilpres 2024.
“Karena, tingkat kepuasan terhadap Jokowi masih tinggi, jadi orang-orang pendukung Jokowi yang masih seneng ke Jokowi, dan jumlahnya yang banyak itu tidak simpati pada kubu Ganjar-Mahfud,” pungkas Ujang.
Persoalan turunnya elektabilitas Ganjar-Mahfud pun dibenarkan oleh Tim Kampanye Nasional (TKN) Ganjar-Mahfud.
Ketua TPN, Arsjad Rasjid menjelaskan pasangan calon nomor urut 3 itu berada di posisi kedua dengan elektabilitas sebesar 37 persen.
“Kita di peringkat kedua dengan 37 persen. Sementara paslon lainnya di tingkat 41 (Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka) dan 21 (Anies Rasyid Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar),” ujar Arsjad dalam acara ’45 Hari Menuju Kemenangan Ganjar-Mahfud’ di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Sabtu (30/12/2023) malam WIB.
