TAJUKNASIONAL.COM – Pemerintah Indonesia saat ini tengah fokus pada hilirisasi sumber daya nikel sebagai bagian dari pembangunan ekosistem kendaraan listrik nasional.
Namun, tren global justru menunjukkan banyak produsen mobil listrik memilih menggunakan baterai Lithium Iron Phosphate (LFP) yang tidak berbasis nikel, berbanding terbalik dengan arah kebijakan dalam negeri.
Founder National Battery Research Institute (NBRI), Prof. Dr. rer. nat. Evvy Kartini, menyatakan bahwa pemerintah perlu memberikan insentif khusus bagi kendaraan listrik yang menggunakan baterai Nickel Cobalt Manganese (NCM).
“Supaya harganya bersaing, maka insentif harus diberikan untuk EV berbasis nikel,” ujar Evvy di Jakarta Selatan, Selasa (1/7/2025).
Sebagai penghasil nikel terbesar dunia, Indonesia memiliki peluang besar untuk mendorong produksi baterai berbasis nikel.
Menurut Evvy, kendaraan listrik berbasis LFP sebaiknya dibatasi karena tidak mendukung potensi nikel nasional.
Baca juga: Presiden Prabowo Cabut Izin Tambang Nikel di Raja Ampat, Tegaskan Komitmen Lingkungan
“Kalau kita produsen nikel terbesar, ya itu yang harus kita dorong. Jangan dibiarkan kendaraan berbasis LFP mendominasi,” tambahnya.