TajukNasional Ribuan pendukung bakal calon Gubernur Papua Barat Daya, Abdul Faris Umlati (AFU), dan calon Wakil Gubernur Petrus Kasihiuw, menggelar aksi longmarch dan menyampaikan aspirasi secara damai ke kantor KPU Papua Barat Daya pada Kamis (12/9).
Aksi ini merupakan bentuk protes terhadap keputusan Majelis Rakyat Papua Barat Daya (MRPBD) yang meragukan keaslian status Orang Asli Papua (OAP) Abdul Faris Umlati. Keputusan tersebut dianggap sebagai penghalang bagi AFU untuk maju sebagai calon Gubernur Papua Barat Daya.
Para demonstran, yang berasal dari berbagai elemen masyarakat adat, menyuarakan ketidakpuasan mereka atas hasil verifikasi MRPBD yang menyebutkan bahwa Abdul Faris Umlati bukan keturunan OAP. Menurut mereka, hasil verifikasi tersebut tidak memperhitungkan fakta silsilah keluarga AFU, yang jelas menunjukkan bahwa AFU merupakan keturunan asli Papua. Orator aksi menjelaskan bahwa nenek dari Abdul Faris Umlati, Louisa Sanoy, adalah perempuan asli dari suku Moi Maya di Raja Ampat, yang bermarga Sanoy. Hal ini menjadi bukti kuat bahwa AFU memiliki darah keturunan asli Papua yang tidak bisa diabaikan.
“Keputusan MRPBD terkait keaslian OAP AFU sangat keliru. Neneknya berasal dari suku Moi Maya, marga Sanoy, yang merupakan bagian dari masyarakat asli Papua. Keputusan ini juga mengabaikan peran perempuan Papua yang telah berjuang untuk melahirkan generasi keturunan Papua. Kami mendesak agar MRPBD mempertimbangkan ulang putusannya,” tegas orator dalam aksi tersebut.
Keluarga besar Sanoy juga turut serta dalam aksi ini, termasuk paman dari Abdul Faris Umlati, yang menyampaikan secara langsung bahwa AFU adalah cucu sah dari Louisa Sanoy. Ia menegaskan bahwa klaim MRPBD yang menyebut AFU bukan keturunan asli Papua tidak berdasar dan tidak didukung oleh verifikasi yang menyeluruh.
“Abdul Faris Umlati adalah cucu dari almarhumah Louisa Sanoy, perempuan asli suku Moi Maya. MRPBD tidak boleh membuat keputusan sepihak tanpa mengonfirmasi silsilah keluarga kami. AFU jelas merupakan keturunan asli Papua, dan haknya untuk mencalonkan diri sebagai gubernur harus dihormati,” ungkap paman AFU.
Dalam orasi tersebut, keluarga Sanoy juga meminta agar KPU Papua Barat Daya sebagai lembaga independen dapat melihat persoalan ini dengan objektivitas. Mereka berharap agar KPU tidak terpengaruh oleh keputusan MRPBD yang dinilai tidak sesuai dengan mekanisme yang berlaku.
“KPU harus melihat masalah ini secara objektif. Keputusan MRPBD tidak mengikuti mekanisme yang seharusnya. Abdul Faris Umlati adalah bagian dari keluarga besar Sanoy, marga asli Papua. Kami berharap KPU Papua Barat Daya bisa bekerja tanpa kepentingan politik atau pengaruh pihak tertentu,” ujar perwakilan keluarga Sanoy dengan tegas.
Aksi damai ini berjalan dengan lancar meskipun diwarnai hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut. Para demonstran tetap bersemangat menyuarakan aspirasi mereka. Selain orasi lisan, aspirasi tertulis juga diserahkan langsung kepada Ketua KPU Papua Barat Daya. Mereka berharap agar KPU dapat melakukan penilaian yang adil dan objektif terkait pencalonan Abdul Faris Umlati dan tidak terpengaruh oleh putusan MRPBD yang dianggap tidak valid.
Dengan pengawalan ketat dari pihak kepolisian, aksi ini berlangsung tertib tanpa ada insiden berarti. Ribuan pendukung AFU tetap semangat dalam menyampaikan tuntutan mereka, yang berfokus pada pengakuan keaslian Abdul Faris Umlati sebagai Orang Asli Papua serta haknya untuk maju dalam pemilihan Gubernur Papua Barat Daya. Aspirasi tersebut diharapkan menjadi pertimbangan penting bagi KPU Papua Barat Daya dalam menentukan langkah selanjutnya terkait pencalonan gubernur.
Protes ini menunjukkan bahwa masyarakat adat Papua, khususnya dari suku Moi Maya, memiliki harapan besar agar hak-hak keturunan mereka diakui secara adil dan tidak terabaikan dalam proses politik.