TajukPolitik – Pengamat politik dari Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menduga ormas terlarang yang sudah dibubarkan pemerintah bisa dibangkitkan kembali saat Anies baswedan menang pilpres.
Menurutnya ada take and gift dibalik dukungan ijtima ulama kepada pasangan AMIN alias tidak gratis.
Dimungkinkan di balik dukungan ini nantinya ormas-ormas yang dulunya dibekukan dan menjadi ormas terlarang, seperti Front Pembela Islam (FPI), bisa dipulihkan kembali jika Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar menjadi presiden dan wakil presiden.
“Kalau Anies menang sangat mungkin ormas yang dibubarkan dipulihkan kembali,” kata Adi, Senin (18/12).
Meski demikain, Adi menegaskan, dukungan ijtima ulama penting bagi AMIN.
“Dalam pilpres langsung, sekecil apapun dukungan politik pasti penting. Apalagi dukungan ijtima ulama pasti sangat signifikan,” kata Adi.
Menurut dia, ijtima ulama memiliki jaringan massa yang solid meskipun tidak sekuat lima tahun lalu.
“Apapun judulnya, ijtima ulama merupakan komunitas politik yang punya jejaring agak solid, meski tak sekuat 2017 dan 2019 lalu. Dalam politik, satu suara tetaplah penting,” tegas Adi.
Menurut Adi, ijtima ulama mampu memberikan tambahan suara dari kelompok Islam.
Terlebih, kata Adi, Anies memang dekat dengan kelompok Islam yang terdiri dalam gerakan 212.
“Dan sejak lama Anies memang dekat dengan kelompok ijtima ulama,” ujarnya.
“Pada level ijtima tentu harapan terbesar mereka Anies bisa menang pilpres dan memperjuangkan aspirasi Islam,” imbuhnya.
Menurut Adi, ijtima ulama mampu memberikan tambahan suara dari kelompok Islam.
Terlebih, kata Adi, Anies memang dekat dengan kelompok Islam yang terdiri dalam gerakan 212.
“Dan sejak lama Anies memang dekat dengan kelompok ijtima ulama,” ujarnya.
“Pada level ijtima tentu harapan terbesar mereka Anies bisa menang pilpres dan memperjuangkan aspirasi Islam,” imbuhnya.
“Minimal aspirasi kelompok yang beririsan dengan ijtima ulama,” lanjut Adi.
Meski begitu, Adi meyakini dukungan ijtima ulama ini bukan bagian dari politik identitas.
Menurut dia, hal wajar dalam Pemilu, sekelompok massa menyatakan dukungan kepada calon tertentu yang dianggap mampu menjadi pemimpin.
“Itu dukungan politik warga negara biasa seperti dukungan komunitas Islam lain ke capres tertentu,” ujar Adi.