Tajukpolitik – Mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Said Didu, mengkritik keinginan Jokowi cawe-cawe urusan capres. Ia menilai Presiden Jokowi ingin matikan demokrasi di Indonesia.
Pernyataan Jokowi ini bertolak belakang dengan sebelumnya, dimana Jokowi mengatakan tidak akan cawe-cawe urusan capres 2024.
“Ucapan dan sikap berbohong seperti ini sering terulang. Ini sudah jelas-jelas ingin mematikan demokrasi,” kritik Said Didu dikutip dari akun Twitternya, Selasa (30/5).
Senada dengan Said Didu, Wasekjen Demokrat, Imelda Sari, pun ikut mengkritik aksi cawe-cawe Presiden Jokwi. Ia mengatakan cawe-cawe Presiden Joko Widodo ini mengingatkan upaya pembegalan Partai Demokrat yang dilakukan orang istana, yakni KSP Moeldoko.
“Dear Presiden Jokowi, kalau KSP Moeldoko cawe-cawe meski sudah kalah 16-0 masih belum puas untuk merebut Partai Demokrat, ini (cawe-cawe Presiden) demi apa?” kritik Imelda.
Untuk diketahui, Jokowi mengaku akan cawe-cawe dengan alasan demi bangsa dan negara. Dikatakan Presiden, Indonesia saat ini ada di posisi upper middle income.
Untuk menjadi negara maju, Indonesia memiliki waktu 13 tahun dan pendapatan per kapitanya minimal 10 ribu dolar AS per tahun.
“Itu sangat-sangat tergantung pada calon presiden di masa yang akan datang yang akan bisa membawa Indonesia ke next level, karena alasan itulah kemudian saya akan cawe-cawe untuk itu,” kata Jokowi di Istana Negara, Senin (29/5).
Pernyataan tegas tersebut ia sampaikan dalam pertemuannya dengan para pimpinan media nasional. Jokowi menjawab suara yang selama ini cawe-cawe dalam urusan dengan partai politik.
“Untuk negara, saya cawe-cawe,” ujar Jokowi saat bertemu pemimpin redaksi media di Istana Merdeka Jakarta.
Tentu saja sikap Jokowi tersebut menjadi sinyal bagi perkembangan demokrasi di Indonesia. Dengan sikap cawe-cawe nya, Jokowi seakan ikut matikan demokrasi Indonesia.