Mengapa Biaya Proyek Kereta Cepat Indonesia Tertinggi di Dunia? Ini Perbandingannya dengan Jepang dan China
Proyek kereta cepat Whoosh yang menghubungkan Jakarta–Bandung menjadi salah satu infrastruktur paling bergengsi di Indonesia. Namun, di balik kemegahannya, proyek ini juga menjadi sorotan karena biaya pembangunannya yang sangat tinggi dibandingkan proyek serupa di negara lain.
Berdasarkan data yang beredar, total biaya pembangunan Whoosh sepanjang 142 km mencapai Rp113 triliun, atau sekitar Rp796 miliar per kilometer — menjadikannya salah satu proyek kereta cepat termahal di dunia.
Perbandingan Biaya Proyek Kereta Cepat di Dunia
| Negara | Panjang Jalur | Total Biaya | Biaya per Km |
|---|---|---|---|
| 🇮🇩 Indonesia | 142 km | Rp113 triliun | Rp796 miliar/km |
| 🇸🇦 Arab Saudi | 1.500 km | Rp112 triliun | Rp74 miliar/km |
| 🇯🇵 Jepang | 280 km | Rp1.338 triliun | Rp1,36 triliun/km |
| 🇨🇳 China | 10.000 km | Rp252,5 triliun | Rp400 miliar/km |
Dari data tersebut, terlihat bahwa biaya per kilometer proyek kereta cepat Indonesia jauh lebih tinggi daripada Arab Saudi maupun China, meskipun panjang lintasannya jauh lebih pendek.
Faktor-faktor Penyebab Mahalnya Proyek Kereta Cepat Indonesia
1. Kondisi Geografis dan Topografi
Indonesia memiliki kontur tanah yang kompleks, terutama di wilayah Jawa Barat yang didominasi pegunungan dan lembah. Hal ini menuntut pembangunan terowongan dan jembatan tambahan, yang otomatis menaikkan biaya konstruksi.
2. Pembebasan Lahan yang Rumit
Salah satu faktor utama pembengkakan biaya adalah pembebasan lahan. Proses negosiasi dengan warga, ganti rugi tinggi, serta keterlambatan administrasi menyebabkan proyek ini mengalami cost overrun hingga puluhan triliun.
3. Ketergantungan pada Teknologi dan Material Impor
Sebagian besar komponen proyek Whoosh, termasuk sistem rel dan teknologi sinyal, diimpor dari China. Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar turut memperbesar biaya akhir proyek.
4. Keterlibatan Banyak BUMN
Proyek Whoosh digarap oleh konsorsium BUMN (KCIC) yang melibatkan banyak entitas dengan struktur pendanaan kompleks. Setiap BUMN memiliki beban pembiayaan tersendiri, yang pada akhirnya meningkatkan total biaya investasi.
5. Pendanaan Campuran dan Bunga Pinjaman
Pendanaan proyek Whoosh sebagian berasal dari pinjaman luar negeri, terutama dari China Development Bank (CDB). Bunga pinjaman yang cukup tinggi menyebabkan beban keuangan meningkat dari waktu ke waktu.
China, Paling Efisien dalam Membangun Kereta Cepat
Menariknya, China yang memiliki jaringan kereta cepat lebih dari 10.000 km, justru mencatat biaya pembangunan hanya sekitar Rp400 miliar/km.
Keberhasilan ini disebabkan oleh:
Skala proyek yang besar (massive scale economy),
Teknologi lokal yang murah dan efisien,
Sistem manajemen proyek yang terintegrasi,
Lahan pembangunan yang sebagian besar milik negara.
Efisiensi ini membuat China mampu membangun kereta cepat lebih panjang dengan biaya lebih rendah dibanding negara lain.
Jepang, Biaya Tinggi karena Teknologi dan Standar Keamanan
Sementara Jepang memiliki biaya pembangunan tertinggi per kilometer, yakni Rp1,36 triliun/km.
Namun, tingginya biaya tersebut disebabkan oleh:
Teknologi Shinkansen yang canggih dan superaman,
Standar keselamatan dan kualitas infrastruktur tertinggi di dunia,
Kompleksitas sistem operasional bawah tanah dan jalur multi-lintasan.
Jepang mengedepankan mutu dan keamanan absolut, bukan efisiensi biaya semata.
Arab Saudi, Efisien di Tengah Gurun
Arab Saudi berhasil membangun jaringan kereta cepat Haramain sepanjang 1.500 km hanya dengan Rp112 triliun (Rp74 miliar/km).
Faktor yang membuat biaya mereka jauh lebih murah antara lain:
Wilayah pembangunan berupa lahan gurun datar, tanpa kendala topografi,
Proses pembebasan lahan minim,
Proyek dikerjakan oleh kontraktor tunggal dengan pengawasan terpusat.
Ini menjadikan proyek kereta cepat mereka salah satu yang paling ekonomis di dunia.
Mengapa Indonesia Harus Belajar dari Negara Lain
Meski mahal, proyek Whoosh tetap menjadi tonggak penting modernisasi transportasi nasional. Namun, pembelajaran dari Jepang, China, dan Arab Saudi penting agar ke depan:
Efisiensi biaya lebih diperhatikan,
Proses perencanaan lebih matang,
Manajemen proyek BUMN lebih transparan,
Pendanaan tidak membebani APBN,
Transfer teknologi dari negara mitra dimaksimalkan.
Baca Juga: Diduga Ada Mark Up Anggaran, Demokrat Desak BPK Audit Menyeluruh Proyek Kereta Cepat
Proyek kereta cepat Indonesia menunjukkan bahwa kemajuan teknologi dan ambisi besar sering datang dengan harga mahal.
Namun, dengan evaluasi menyeluruh dan reformasi tata kelola, proyek-proyek strategis nasional berikutnya dapat dibangun lebih efisien, transparan, dan berkelanjutan.
FAQ: Biaya Proyek Kereta Cepat di Dunia
1. Mengapa biaya proyek kereta cepat Indonesia mahal?
Karena faktor geografis, pembebasan lahan yang rumit, dan ketergantungan pada material impor.
2. Negara mana yang paling efisien membangun kereta cepat?
China, dengan biaya pembangunan rata-rata Rp400 miliar per kilometer.
3. Apakah proyek Whoosh sudah selesai?
Ya, proyek Whoosh resmi beroperasi, namun masih dalam tahap evaluasi efisiensi dan pendanaan.
4. Berapa total biaya proyek Whoosh?
Sekitar Rp113 triliun untuk jalur sepanjang 142 km.
5. Apakah proyek ini menguntungkan secara ekonomi?
Dalam jangka panjang, proyek ini diharapkan mendorong mobilitas, investasi, dan pariwisata di Jawa Barat.
6. Apa pelajaran dari negara lain?
Perencanaan matang, efisiensi biaya, dan penguatan teknologi lokal menjadi kunci sukses.



