Baru-baru ini, salah satu elit Nasdem, Zulfan Lindan, menyampaikan keyakinannya, kalau Anies Baswedan berduet dengan AHY, Pilpres 2024 akan dimenangi oleh pasangan ini. Istilah Zulfan, (Pilpres 2024) ini selesai, selesai ini. Menurut Zulfan, Anies unggul di Sumatra, Jawa Barat bagi dua dengan Prabowo, Jawa Tengah mungkin kalah, dan Jawa Timur ada AHY yang bisa membawa kemenangan. Sedangkan di Sulawesi, Anies bisa menang.
Pendapat Zulfan ini diamini oleh Arya Fernandes, Kepala Departemen Politik CSIS. Menurut Arya, Anies-AHY itu pilihan strategis. Bisa sebagai salah satu insentif untuk berkoalisi. Pertama, aspirasi politiknya terpenuhi, karena NasDem lebih dekat ke Anies dan PKS juga dekat ke Anies. Sedangkan AHY selaku Ketua Umum Partai Demokrat jelas mewakili aspirasi Demokrat.
Kedua, pilihan itu strategis karena kedua tokoh itu punya magnet elektoral. Anies selalu di tiga besar capres dengan elektabilitas tertinggi. AHY juga berada di papan atas. Dalam kompetisi ketat, faktor cawapres bisa jadi pendongkrak suara. Jadi, menurut Arya, duet ini menjadi strategis.
Dalam beberapa survei terakhir, memang Anies-AHY unggul dari pasangan lain. Survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) di bulan April 2022 lalu, misalnya. Anies-AHY mendapatkan 29,8 persen suara. Ganjar-Airlangga 28,5 persen. Prabowo-Puan 27,5 persen. Sisanya 14,3 persen yang belum menentukan pilihan.
Sedangkan baru-baru ini, dalam survei Capres Indopol Survey & Consulting, Anies-AHY unggul dengan elektabilitas sebesar 30 persen. Disusul Ganjar-Khofifah sebesar 24,55 persen, Prabowo-Muhaimin 16,50 persen, dan Puan-Erick sebesar 2,52 persen.
Tak pelak, perbincangan mengenai kemungkinan duet dua tokoh muda nasional ini pun memenuhi ruang publik. Seakan Anies-AHY menjadi primadona untuk Pilpres 2024. Padahal, belum ada deklarasi yang mengemuka. Belum ada koalisi yang secara tegas mengusung.
Perbincangan yang terus mengalir, membuat pertanyaan besar semakin mengedepan. Apakah memang duet Anies-AHY pasangan primadona untuk Pilpres 2024?