Minggu, 15 Juni, 2025

Susi Pudjiastuti Kritik Keras Tambang di Raja Ampat: “Kenapa Negara Boleh Merusak, Rakyat Tidak Boleh Menjaga?”

Seruan Susi beriringan dengan laporan Greenpeace Indonesia yang mengungkap kerusakan lebih dari 500 hektare hutan tropis dan potensi rusaknya habitat terumbu karang akibat pertambangan di pulau-pulau kecil seperti Gag, Kawe, dan Manuran.

Aktivitas tambang di kawasan dengan biodiversitas laut tertinggi di dunia itu dinilai bisa menimbulkan kerusakan ekologis permanen. Terumbu karang di Raja Ampat, yang menjadi rumah bagi ribuan spesies laut langka, disebut sebagai salah satu “paru-paru laut” dunia.

Pernyataan Bahlil Lahadalia yang menyebut perlu dilakukan cross-check karena gambar-gambar kerusakan bisa jadi bukan dari lokasi tambang, justru dinilai publik sebagai upaya meredam kritik tanpa menyentuh pokok masalah.

“Sekarang kita harus cek ulang. Karena gambar-gambar di media bisa saja dari lokasi lain, seperti Pulau Panemo,” ujar Bahlil, seraya menekankan bahwa Panemo adalah kawasan wisata yang jauh dari area tambang.

Namun bagi banyak pihak, termasuk Susi, narasi ini tidak cukup. Ia secara terbuka mengimbau Presiden Prabowo Subianto untuk turun tangan langsung menghentikan eksploitasi di Raja Ampat.

“Yth. Bapak Presiden @prabowo mohon dengan sangat, hentikan penambangan di Raja Ampat ini. Salam hormat. Sebaiknya hentikan selamanya,” ujarnya di unggahan terpisah.

Bagi Susi, isu ini bukan semata soal izin atau data teknis, tapi soal komitmen moral dan tanggung jawab antar-generasi dalam menjaga harta karun alam Indonesia. Ia menutup seruannya dengan satu pesan penting:

“Raja Ampat adalah milik dunia. Jangan biarkan keuntungan jangka pendek mengorbankan warisan yang tak tergantikan.”

Klik Disini

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini