Tajukpolitik – Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menyatakan bahwa PDIP akan menghadapi kekalahan jika mengusung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada Pemilihan Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta 2024. Pernyataan ini disampaikan Burhanuddin dalam dialog “Sapa Indonesia Pagi” di Kompas TV pada Kamis, 6 Juni 2024.
Burhanuddin menekankan bahwa jika Ahok harus bersaing head to head dengan Anies Baswedan dan Ridwan Kamil, Ahok akan berada di posisi yang kurang menguntungkan.
“Di antara calon yang tersedia, top three-nya ada Mas Anies, Ahok, dan Ridwan Kamil. Ahok memang mungkin, tapi jika head to head, Ahok juga akan kalah berdasarkan survei,” ujarnya.
Meskipun Ahok memiliki basis loyalis yang kuat, Burhanuddin menyebutkan bahwa dukungan ini tidak cukup untuk memenangkan Pilgub Jakarta.
“Ahok memang punya basis loyalis kuat, tetapi ketika tidak ada yang mendapatkan 50% sesuai dengan syarat kemenangan satu putaran di Jakarta, Ahok akan melawan baik Anies atau Ridwan Kamil di putaran kedua,” jelas Burhanuddin.
Burhanuddin juga menyoroti bahwa dukungan dari kelompok pemilih Muslim yang dominan di Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Pusat cenderung tidak memilih Ahok di putaran kedua.
“Dukungan dari loyalis Ahok mungkin cukup untuk mengantarkan dia ke putaran pertama, tetapi tidak cukup untuk memenangkan pertarungan di putaran kedua,” tambahnya.
Meskipun demikian, Burhanuddin menekankan bahwa situasi politik masih dapat berubah, mengingat Pilkada Jakarta baru akan dilaksanakan pada November 2024.
“Masih ada waktu sekitar 2 bulan sebelum pendaftaran calon. Nama-nama dari internal partai masih bisa berubah, dan saya kira Mbak Puan belum menutup kemungkinan adanya calon lain,” ungkap Burhanuddin.
Dengan berbagai faktor yang masih bisa mempengaruhi dinamika politik, PDIP perlu mempertimbangkan strategi yang tepat untuk mengusung calon gubernur yang dapat memenangkan Pilgub DKI Jakarta 2024.